Cilacap, Gatra.com – Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Di wilayah ini, ada 65 ribu hektare sawah yang turut andil menopang kebutuhan pangan pulau Jawa.
Namun, sayangnya, ada ratusan hektare yang hanya bisa ditanami sekali dalam setahun. Penyebabnya adalah naiknya air laut ke lahan sawah. Di beberapa wilayah pasang surut, petani hanya bisa tanam sekali dalam setahun, yakni pada musim hujan. Padahal, pemanfaatan lahan sawah pesisir itu sangat berpotensi meningkatkan ketahanan pangan sekaligus kesejahteraan petani. “Salinitas tinggi menyebabkan padi yang ditanam petani tidak bisa bertahan hidup,” kata Dosen Fakultas Pertanian Unsoed, Suprayogi Ph.D.
Kondisi ini memicu Suprayogi untuk menciptakan varietas padi yang toleran atau tahan terhadap salinitas tinggi. Melewati waktu panjag, pada 2014 akhirnya lahir varietas baru yang diklaim toleran terhadap air asin. Varietas ini dinamai Inpari Unsoed 79 Agritan.
Dia menjelaskan, varietas ini berumur 100-105 hari. Rasa dan tekstur pulen dengan mutu giling premium. Produksi rata-rata pada lahan salin, tergantung tingkat salinitas air sawah, antara 4-8 ton per hektare. “Potensi produksi pada lahan normal 8 ton per hektare,” ujarnya.
Dia mengakui belum semua petani mengenal varietas Inpari Unsoed 79 Agritan ini. Namun, di Cilacap sejumlah wilayah telah menanam varietas ini dengan hasil memuaskan. Di antaranya di Desa Gombolharjo, Kecamatan Adipala, Cilacap. “Kalau menurut petani di sana, hasilnya lebih bagus dari verietas yang telah ditanam sebelumnya,” ujarnya.
Dia menilai pemanfaatan lahan salin di kawasan pesisir akan membuat kesejahteraan petani meningkat. Pasalnya, sawah yang sebelumnya hanya bisa ditanami sekali bisa ditanam dua kali per tahun. Selain itu, ketahanan pangan nasional juga akan meningkat seturut pemanfaatan lahan pesisir.