Cilacap, Gatra.com – Ratusan hektare sawah di wilayah pesisir dan kawasan pasang rob Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah tak bisa ditanami akibat salinitas air tinggi. Jelang musim kemarau, sawah tersebut tak lagi teraliri air tawar.
Ketua Kelompok Tani di Rawaapu, Kecamatan Patimuan, Cilacap, Ahdin mengatakan sebagian besar lahan di desanya hanya bisa ditanami sekali dalam setahun, yakni pada musim hujan. Pasalnya, saat kemarau air asin dari laut naik ke sawah dan menyebabkan padi mati.
Akibatnya, sebagian besar petani tak menanam padi pada musim kemarau. Sawah dibiarkan menganggur lantaran tak bisa tanami padi maupun palawija. “Kalau kena air asin mati,” katanya.
Menurut dia, kondisi ini telah terjadi bertahun-tahun. Dia memastikan pada musim kemarau petani akan mengalami paceklik meski tinggal di wilayah dengan luasan sawah ribuan hektare.
Dia menjelaskan, sawah yang terpengaruh pasang surut air laut membentang di wilayah Laguna Segara Anakan, hingga ke pinggir pantai. Yakni, Kecamatan Patimuan, Kedungreja, Bantarsari, Kawunganten, Kampung Laut dan Adipala.
Sementara, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Serikat Tani Mandiri (STAM), Petrus Sugeng mengatakan untuk mengoptimalkan lahan di wilayah pesisir, dibutuhkan pembangunan infrastruktur yang memadai. Di antaranya dengan membangun jalan dan sarana pengairan.
Misalnya dengan pemasangan pintu air atau klep. Klep tersebut akan menahan air tawar, sekaligus menahan air laut agar tak sampai masuk ke area sawah. “Sarana pengairan itu maksudnya agar tetap bisa menampung air tawar dari air hujan atau sungai, tetapi juga bisa menahan agar air laut tidak naik ke sawah,” ucapnya.