Yogyakarta, Gatra.com - Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk produsen gudeg dan kerajinan, mengalami rugi besar selama pandemi Covid-19. Mereka berharap mendapat priorotas bantuan permodalan lunak.
Manager Operasional Gudeg Yu Djum Citra Anindyto menjelaskan, sejak akhir Maret lalu delapan outlet Gudeg Yu Djum ditutup. Menurut Citra, sebanyak 40 pekerja juga harus dirumahkan, termasuk dirinya.
"Selama wabah Corona ini daya beli masyarakat menurun. Seluruh outlet terpaksa kita tutup. Semua aspek saya kira juga kena," kata Citra saat dihubungi Gatra.com, Kamis (7/5) malam.
Menurutnya, dampak wabah ini sangat terasa dibanding kondisi krisis lain pada waktu sebelumnya. Omzet yang hilang selama penutupan outlet pun tidak bisa dihitung.
Yang jelas, kata Citra, produsen kuliner khas Yogyakarta kenamaan itu sangat merugi. Di tengah kondisi ini, Gudeg Yu Djum mencoba bertahan dengan membuka hanya satu outlet sejak dua minggu lalu.
"Secara umum, pembelian langsung di satu outlet ini sangat sepi. Kami hanya melayani pembelian online dengan hanya mempekerjakan tiga karyawan di bagian dapur, kasir, dan supir," katanya.
Manajemen Gudeg Yu Djum meminta pekerja menjual gudeng kemasan kaleng secara online. Langkah ini sebagai upaya memberi penghasilan ke pekerja, terutama yang dirumahkan.
Menurut Citra, perusahaan juga sudah mengajukan kelonggaran kredit dan mendaftarkan para pekerja ke berbagai program bantuan pemerintah. "Sampai kapan kami tutup, saya belum tahu. Terlebih mudik yang menjadi andalan tahunan juga dilarang," ujar Citra.
Bukan hanya ke kuliner khas, pagebluk Covid-19 juga memukul produk kerajinan DIY. Pemilik usaha kerajinan cangkang kerang 'Yulvi Natural', Jumakir, berkata produksi karya yang sering diekspor ke Eropa itu pun berhenti total.
"Sebenarnya dampaknya mulai terasa sejak awal Maret. Tapi setelah penetapan status tanggap darurat (Covid-19) di DIY, operasional berhenti total," jelas warga Kasihan, Bantul, itu.
Menurut Jumakir, wabah ini membuat daya beli masyarakat turun, termasuk pasar utamanya di Eropa. Akibatnya, permintaan menurun dan pengiriman barang berhenti.
Jumakir menyebut kehilangan omzet sekitar Rp100 juta per bulan. Dengan kondisi ini, ia telah merumahkan seluruh pekerja dan mendaftarkan mereka ke berbagai program bantuan pemerintah.
Selain pemberian bantuan ke pekerja, Jumakir berharap pemerintah segera menyusun program penambahan modal ke UMKM. "Saya memperkirakan, pasca-Corona ini pengusaha akan memulai dari nol lagi. Ini membutuhkan modal," ujarnya.