Semarang, Gatra.com - Meninggalnya sang maestro Campursari, Didi Kempot meninggalkan kesan tersendiri bagi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Sebagai ungkapan rasa kagum orang nomer satu ini pun menyempatkan diri untuk mengantarkan pelantun "Cidro" ini ke peristirahatan terakhirnya, Selasa (5/5).
Bagi Gajar, pelantun tembang “Stasiun Balapan” dan “Banyu Langit” yang meninggal di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, almarhum Didi Kempot adalah seniman sangat merakyat serta mengerti bagaimana cara berkreasi yang baik.
Menurutnya, Didi Kempot bisa memahami pendengar, bagaimana membuat musik campursari diterima di dunia yang cukup modern ini.
“Musik yang dulu banyak orang bicara katrok, musik tradisional, ternyata bisa dibuat sebagai musik yang sangat populer dan digemari semua kalangan,” kata Ganjar sebelum berangkat untuk mengikuti pemakaman di Ngawi, Jawa Timur,, Selasa (5/5).
Orang nomor satu di Jateng ini menyatakan merasa terkejut saat mendengar kabar meninggalkan “The Godfather of Broken Hearth” yang terkesan mendadak.
Sebab sebelumnya tidak pernah mendengar informasi bahwa adik pelawak Srimulat almarhum Mamiek Prakoso tersebut sedang sakit.
“Jadi kabar kepergian beliau sangat mengagetkan. Saya terkejut karena setelah salat subuh saya tidur lagi. Kemudian ada wartawan yang menelpon menanyakan soal meninggalnya Didi Kempot. Saya berdoa semoga beliau husnul khotimah,” ujar Ganjar.
Lebih lanjut, Ganjar menyatakan, mengenal Didi Kempot cukup lama merupakan sosok musisi yang luar biasa. Mampu menembus batasan-batasan dan kelompok-kelompok pecinta musik.
Kalau biasanya orang pilah-pilih jenis musik sesuai tingkat pendidikan dan lainnya, makan batasan tidak berlaku bagi Didi Kempot.
“Didi Kempot sangat fenomenal dan menurut saya beliau adalah maestro yang mampu membawa musik tradisional bisa digemari di seluruh dunia,” ujarnya.
Mengenai kenangan bersama Didi Kempot, Ganjar menyatakan setiap Ramadan saat mudik bersama, biasanya almarhum sering menghibur para pemudik sebelum pulang kampung.
Kenanganan berkesan Didi Kempot saat acara kebangsaan digelar TNI/Polri di Lapangan Pancasila Simpanglima Semarang. Ganjar ikut ambyar bareng bersama ribuan Sobat Ambyar (sebutan penggemar Didi Kempot).
“Semua Sobat Ambyar bersuka cita tidak memandang suku, ras, agama. Ada adik-adik dari Papua ikut nyanyi dan berjoget bersama, sangat bagus,” kata Ganjar.
Pertemuan terakhir Ganjar dengan Didi Kempot, ketika menggelar konser amal dari rumah di salah satu televisi nasional, belum lama ini dirinya menjadi salah satu tamu kejutan yang membuat almarhum kaget.
“Pernah juga saya nonton wayang bersama Presiden Jokowi dan bintang tamunya Didi Kempot. Pak Jokowi sampai terpingkal-pingkal ketawa. Kami ngobrol bertiga bareng dan saat ada permintaan Didi Kempot untu menyanyikan lagu “Bojo Galak” tidak berani karena takut sama Pak Jokowi,” kenang Ganjar.