Melbourne, Gatra.com - Harga minyak mentah mulai naik pada awal sesi perdagangan hari Selasa, dibandingkan pada hari sebelumnya. Kenaikan ini di tengah ekspektasi mulai meningkatnya permintaan bahan bakar, ketika beberapa negara bagian di AS dan negara-negara Eropa serta Asia mulai melonggarkan lockdown virus corona.
Dikutip Reuters, Selasa (5/5), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berjangka naik sebanyak 8,2% ke level tertinggi sepanjang tiga minggu $ 22,06 dan naik 7,6%, atau $ 1,55, pada $ 21,94 pada 0108 GMT. Patokan AS adalah pada harga beruntun lima hari, dimulai pada 29 April.
Minyak mentah Brent berjangka mencapai tertinggi $ 28,37 per barel pada awal perdagangan dan naik 4,1%, atau $ 1,12 sen, pada $28,32. Brent naik di hari keenam secara berturut-turut. Kedua kontrak benchmark juga naik sekitar 3% pada hari Senin.
Prospek membaiknya permintaan bahan bakar karena beberapa negara bagian AS dan negara-negara Eropa, seperti Italia, Spanyol, Portugal, serta Asia yakni India, Thailand, mulai menunjukkan orang-orang mulai kembali bekerja dan membuka lokasi kegiatan konstruksi, di taman, dan perpustakaan.
"Mempertimbangkan ... kedalaman kehancuran permintaan, pasar mungkin cenderung menerima berita baik secara relatif cepat," kata ahli strategi komoditas senior di Australia dan Selandia Baru Banking Group, Daniel Hynes.
Permintaan minyak global sebelumnya sempat jatuh sebanyak 30% pada bulan April. Para analis menyebut kenaikan kali ini masih akan melambat terutama permintaan dari pihak maskapai penerbangan yang terbatas karena terjadi penangguhan penerbangan selama beberapa bulan ke depan.
Chief Executive maskapai Qantas Airways Australia, Alan Joyce mengatakan pada hari Selasa bahwa permintaan membukan penerbangan internasional dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk kembali normal.
Sedangkan produsen minyak dunia seperti Arab Saudi, Rusia, dan sejumlah perusahaan besar lainnya masih memangkas produksi. Pasar mengabaikan keputusan regulator energi Texas untuk membatalkan pemungutan suara dengan mengamanatkan pengurangan produksi 20% di negara penghasil minyak terbesar di Amerika Serikat.