Palembang, Gatra.com – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jika Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan harga (deflasi) sebesar 0,15% di bulan April lalu. Selama pandemi covid 19 tersebut, deflasi terbesar disumbang oleh komoditas cabai.
Kepala BPS Sumsel, Endang Tri Wahyuningsih mengatakan dari bulan Januari hingga Maret lalu, Sumsel terus mengalami inflasi, namun baru memasuki April lalu mengalami deflasi. Kisaran deflasi disumbang oleh oleh beberapa sektor seperti komoditas makanan, minuman, dan tembakau. Selain itu, sektor transportasi, juga sektor komunikasi, informasi dan jasa komunikasi turut menyumbang penurunan harga (deflasi). “Pada April, Sumsel mengalami deflasi. Palembang mengalami deflasi 0,12% sedangkan kota Lubuk Linggau lebih tajam yakni mengalami 0,43%,” ujarnya dalam konfrensi pers yang dilakukan secara virtual, Senin (4/5) tadi.
Kedua kota mengalami deflasi yang disumbang oleh komoditas yang hampir sama, seperti halnya makanan, minuman, tembakau, transportasi, informasi dan jasa keuangan.
Kata Endang, deflasi yang disumbang oleh cabai merah lebih disebabkan karena musim panen. Pada saat musim panen, harga cabai cendrung turun dengan pasokan yang cukup tersedia bagi masyarakat. “Biasa komunikasi dan informasi juga mengalami penurunan. Selain cabai, juga ada komoditas daging ayam, telur, dan biaya pulsa. Sedangkan, di deflasi linggau juga dipengaruhi oleh harga tiket pesawat terbang yang turun,” sambung ia.
Selama covid 19, komoditas yang juga menyumbang parametera inflasi berada di perlengkapan rumah tangga, seperti halnya sabun, detergen, hingga pembalut wanita. “Komditas ikan asin juga ada yang menyumbang inflasi. Karena komoditas yang disurvei hampir 300 jenis, maka jika ada sedikit pergerakan maka bisa terlihat,” ucapnya.
Deflasi tidak hanya terjadi di perkotaan, di pedesaan Sumsel juga mengalami deflasi yang hampir sama besar. Di Pedesaan, deflasi terjadi di angka 0,16% dengan nilai tukar petani dan nilai tukar bidang pertanian juga mengalami penurunan dari Januari hingga Maret lalu.