Banjarnegara, Gatra.com – Seorang dokter bedah di Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara, dr Agus Ujianto SpB bersama asistennya M Arif Ali Hidayat mengembangkan prototipe ventilator mekanik sederhana dengan bahan dasar kipas angin bekas. Rekayasa teknologi ini diharapkan menjadi solusi di tengah langkanya ventilator yang berharga miliaran.
Agus mengatakan hampir semua rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan mengalami kekurangan respirator dan ventilator. Virus Corona bisa menyebabkan kerusakan paru-paru, menyebabkan kadar oksigen tubuh turun dan membuat sulit bernapas. Alat ventilator ini membantu paru-paru tetap mengembang, sehingga kantung udara di paru-paru tidak mengempis.
Agus memanfaatkan dinamo dan alat penyetel kecepatan gerak rotasi kipas angin bekas. Dua komponen itu dimanfaatkan sebagai penggerak alat pompa yang nantinya membantu memompa oksigen menuju paru-paru pasien.
"Kita tahu harga ventilator di atas Rp1 miliar, bahkan saat ini kesulitan impor. Makanya kita berdua diskusi dan cari jalan keluar. Bagaimana ada alat yang fungsinya sama namun harga jauh lebih murah. Kita tengok dari teknologi di Jepang dan India, ternyata kita bisa gunakan menggunakan kipas angin bekas yang kita modifikasi sedemikian rupa agar menyamai ritme pernafasan,serta fungsinya sama dengan alat yang mahal itu," kata Agus Ujianto, dalam keterangan tertulisnya, Minggu malam (3/5).
Agus menjelaskan, ventilator merupakan mesin yang membantu memasukkan lebih banyak oksigen ke paru-paru dan mengeluarkan karbon dioksida. Minimnya alat ventilator yang dimiliki oleh rumah sakit disebabkan mahalnya harga alat tersebut. Atas dasar inilah Agus bersama asistennya berpikir keras agar mampu menciptakan alat yang fungsinya sama, namun harganya jauh lebih murah dan terjangkau. "Hal ini karena paru-paru terjalin dengan pembuluh darah, kemudian ventilator membantu terjadi proses masuknya oksigen ke aliran darah,” jelasnya.
Sementara, M Arif Ali Hidayat menyebutkan, hal paling sulit dalam proses pembuatan ventilator ala Banjarnegara ini adalah menyamakan ritme napas dengan ritme alat tersebut. Berkat keuletannya, saat ini ritme tersebut sudah sinkron.
Arif pun menjelaskan, pembuatan satu ventilator ini tidak sampai menghabiskan dana Rp5 juta. Jika alat motoriknya baru pun tidak sampai Rp10 juta. "Saat ini masih apa adanya, namun secara prinsip kerja sudah oke, ke depan akan kita tingkatkan untuk tampilan dengan casing yang bagus. Untuk hal paten dan lainnya dokter Agus akan melengkapinya," sebut M Arif.
Anggota DPR RI asal Banjarnegara, Lasmi Indaryani mendukung penuh temuan Agus Ujianto dan M Arif Ali Hidayat. Atas nama Partai Demokrat, dia mengaku siap memafisilitasi pengembangan penelitian alat tersebut. Baginya tidak menutup kemungkinan alat tersebut diproduksi di Banjarnegara dan dikembangkan untuk aksi kemanusiaan ke seluruh Indonesia.
"Saya sangat mendukung karya dokter Agus dan Mas Arif Ali ini. Sudah saya rekam dan saya sudah tau cara kerjanya, segera kami diskusikan dengan tim di Partai Demokrat. Dan kita akan koordinasikan dengan Pemkab Banjarnegara. Ini bagus sekali, kita bisa patenkan menggunakan nama Banjarnegara. Banyak hal positif saya sangat mengapresiasi, kreatifitas, hemat biaya, dan bisa banyak membantu saudara kita yang membutuhkan," kata Lasmi.