Surabaya, Gatra.com - Orang Tanpa Gejala (OTG) adalah orang yang terpapar COVID-19 saat kondisi daya tahan tubuhnya cukup kuat. Kelompok orang itu dianggap berbahaya dan tetap diharuskan menjalani isolasi mandiri.
Alasannya, orang tersebut tidak menunjukkan gejala, tapi masih dapat menularkan virusnya. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi saat COVID-19 masuk ke dalam tubuh orang-orang pada kelompok tersebut.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Timur Joni Wahyuhadi mengatakan, sebenarnya anti-body dalam tubuh akan langsung bereaksi. Saat orang terpapar COVID-19, anti-body dalam tubuh akan berusaha membunuh virus itu.
"Virus ini belum ada obatnya sampai sekarang. Jadi, kalau ketahanan tubuh kita bagus. Juga, tergantung jumlah ketahanan tubuh dan virusnya," kata Joni kepada Gatra.com di Gedung Grahadi Surabaya, Sabtu (2/5).
Sehingga, makin sedikit virus yang masuk ke dalam tubuh seseorang, proses pembunuhan oleh anti-body dapat lebih cepat. Namun, hasil dari proses pembunuhan virus oleh anti-body tetap harus dipastikan.
Caranya, dengan pemeriksaan jumlah virus atau terhadap anti-body. Salah satu metode pemeriksaanya, dapat dilakukan dengan cara rapid test. Pemeriksaan rapid test dilakukan untuk memeriksa anti-body.
"Pemeriksaan virus ada dua (macam). Pertama pemeriksaan pada kultur virus. Kedua, pemeriksaan komponen virusnya. Pemeriksaan PCR itu memeriksa komponen protein dari virusnya," kata Joni.
Apabila, terbukti dapat membunuh COVID-19, tubuh akan memproduksi anti-body spesifik. Artinya, anti-body biasa (non spesifik) akan berubah menjadi anti body spesifik dan secara khusus bertugas untuk membunuh virus tersebut.
Menurut Joni, anti-body spesifik terbentuk paling tidak tiga hari setelah orang yang terpapar COVID-19 berhasil sembuh. Anti-body spesifik juga dapar dihasilkan dengan cara imunisasi.
Jika sudah terbentuk, lanjut Joni, anti-body spesifik tersebut akan langsung mendeteksi dan mengenali karakteristik virus yang telah membunuh puluhan ribu populasi dunia itu. Joni mengatakan, anti-body spesifik mampu membunuh COVID-19 dalam hitungan menit.
"Jadi kalau tubuh kita sudah punya anti body terhadap virus Korona atau SARS Cov 2, masuk ke dalam tubuh, (tubuh) langsung mengenali. Dimakan (anti body spesifik) sudah mati. Dalam hitungan menit," jelasnya.
Oleh karenanya, jika OTG memang tidak menunjukkan gejala klinis, tentu tidak perlu menjalani perawatan medis. Joni menegaskan, OTG hanya perlu menjalani isolasi mandiri selama 14 hari untuk menghindari penularan terhadap orang lain.
"OTG bisa carrier, bisa memang benar-benar sehat tapi dicurigai terpapar COVID-19. Yang carrirer itu kita harus hati-hati. Makanya physical distancing pentingnya di situ," ucapnya.
Sekda Provinsi Jawa Timur Heru Tjajono menegaskan, pihaknya akan terus menggalakan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Terutama, upaya penegakan PSBB, saat jam malam berlaku.
"Dalam PSBB ini, kami akan menekan atau mem-pressure ketentuan-ketentuan (dalam PSBB) agar disiplin. Agar selama 14 hari ini, tidak ada orang yang menularkan hingga PSBB berakhir," kata Heru.