Home Internasional AS Setuju Remdesivir Dipakai Obati Pasien Virus Corona

AS Setuju Remdesivir Dipakai Obati Pasien Virus Corona


Washington, D.C, Gatra.com – Badan Pengawasan Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS) menyetujui secara darurat penggunaan Remdesivir sebagai obat antivirus Covid-19 yang diproduksi Gilead Science Inc, pada hari Jumat. 

Dikutip Reuters, Sabtu (2/5), persetujuan ini membuka jalan bagi penggunaan obat yang lebih luas di lebih banyak rumah sakit, yang berada di Amerika Serikat.

Selama pertemuan di Kantor Oval Gedung Putih dengan Presiden AS Donald Trump, Kepala Eksekutif perusahaan produksi obat Gilead, Daniel O'Day menyebut langkah itu merupakan kebijakan pertama yang penting dan mengatakan perusahaan tersebut menyumbangkan 1,5 juta botol obat untuk membantu pasien terinfeksi.

"Ini adalah terapi resmi pertama untuk COVID-19, jadi kami sangat bangga menjadi bagian darinya," kata Komisaris FDA, Stephen Hahn dalam pertemuan itu.

Diharapkan donasi yang cukup untuk setidaknya 140.000 pasien, dan tergantung pada jumlah waktu mereka dalam menjalani perawatan.

Gilead mengatakan pada hari Rabu bahwa obat yang diberikan melalui infus intravena, telah membantu meningkatkan penyembuhan bagi pasien dengan COVID-19, --penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona novel, dan memberikan data yang menunjukkan bahwa obat bekerja lebih baik ketika pasien terinfeksi.

Adanya laporan banyak negara yang membutuhkan penyembuhan dari pandemi coronavirus, menjadikan minat terhadap obat Gilead tersebut semakin tinggi, karena saat ini tidak ada obat lain yang disetujui atau vaksin pencegahan COVID-19. 

Data yang dirilis minggu ini dari percobaan dilakukan National Institutes of Health (NIH) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa remdesivir mengurangi jumlah pasien rawat inap hingga 31 persen dibandingkan dengan pengobatan plasebo, namun tidak secara signifikan menjamin kelangsungan hidup kembali normal lebih lama.

Gilead tidak segera menanggapi adanya permintaan harga yang akan dikenakan pada obat tersebut.

Institute for Clinical and Economic Review, yang menilai keefektifan obat tersebut, memperkirakan harga jual yang pantas untuk obat remdesivir selama 10 hari senilai $ 10 (sekitar Rp150 ribu, kurs 15.000). Namun harga tersebut bisa saja naik menjadi $ 4.500 (sekitar Rp 67 juta) jika manfaat terhadap pasien, benar-benar terbukti secara uji klinis.

Remdesivir sebelumnya hanya disiapkan bagi pasien yang terdaftar dalam uji klinis. Melalui uji coba Gilead, lebih dari 181 lokasi rumah sakit di seluruh dunia, termasuk rumah sakit di 27 negara bagian AS, juga telah diberikan obat tersebut.

Otorisasi FDA menyarankan pemberian obat bagi pasien Covid-19 dirawat di rumah sakit, yang memburuk dengan penggunaan oksigen.

Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan 1,5 juta obat akan mulai didistribusikan ke rumah sakit pada hari Senin.

Gilead menyebut pemerintah federal akan mengoordinasikan donasi dan distribusi remdesivir ke rumah sakit di kota-kota yang paling parah terkena COVID-19. 

Mengingat pasokan obat yang terbatas, perusahaan mengatakan rumah sakit dengan unit perawatan intensif dan rumah sakit lain yang dianggap paling dibutuhkan pemerintah, yang akan menerima prioritas utama.

Ada lebih dari 3,2 juta orang terinfeksi novel virus corona di seluruh dunia dan lebih dari 232.800 telah meninggal, sebagaimana penghitungan Reuters.

Amerika Serikat memiliki kasus dan kematian terbanyak di lebih dari 1 juta orang terinfeksi dan setidaknya 63.200, yang sebagian besar negara dilakukan penguncian untuk membatasi penyebaran virus.

Data klinis baru-baru ini telah meningkatkan optimisme obat remdesivir menjadi pengobatan yang efektif.

Sebelumnya rancangan penelitian abstrak yang dirilis secara tidak sengaja oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu mengatakan, remdesivir telah gagal menyebuhkan secara normal kondisi pasien atau mengurangi keberadaan patogen dalam aliran darah. Pembuat obat itu menyebut temuan itu tidak meyakinkan sehingga penelitian dihentikan lebih awal.

Namun, Remdesivir masih dianggap yang terbaik meski sebelumnya gagal sebagai pengobatan untuk penyakit Ebola, dan kini sedang di uji coba melawan COVID-19. 

Saham Gilead, kembali naik 26 persen tahun ini atau naik 2,7 persen menjadi $ 82,10 dalam perdagangan.

304

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR