Cilacap, Gatra.com – Petani kopi di sejumlah wilayah di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mestinya tengah berbahagia. Mulai pertengahan April lalu, petani panen raya. Tetapi, sayang, panen raya kopi berada di tengah pandemi Corona yang menyebabkan pasar kopi lesu.
Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan di Wanareja, Surur Hidayat mengatakan sejumlah desa telah memulai panen kopi. Bahkan, kini kopi panenan itu sudah mulai dikemas. Sebagian dijual dalam bentuk bulir mentah kering, sebagian lainnya sudah dalam keadaan siap saji. “Sudah panen. Bahkan yang di Malabar, Madura, itu sudah dikemas,” katanya.
Dia mengatakan Pemerintah Kabupaten Cilacap berupaya membantu pemasaran kopi wilayah ini. Pasalnya, hampir seluruh desa di pegunungan Kecamatan Wanareja dan Majenang memiliki potensi kopi. Kopi tersebut juga berasal dari klon unggul, yakni Lampung. Benih kopi tersebut didatangkan antara tujuh hingga 10 tahun yang lalu. “Yang kopi sudah besar, kemudian distek atau disambung pucuk sehingga memiliki kualitas yang baik,” ujarnya.
Dia mengakui, pada masa pandemi Covid-19 ini terjadi penurunan permintaan kopi. Karenanya, petani rajin mempromosikan kopinya, baik secara langsung lewat jaringan offline pemasaran, maupun promo melalui media sosial. “Baru promo ini Mas,” ucapnya.
Dia menerangkan, kualitas kopi di wilayah ini tak kalah dengan kopi Cilumping yang lebih dulu populer. Kopi Cilumping, bahkan sudah menyasar pasar ekspor. Kesimpulan itu diperoleh dalam uji rasa oleh Dinas Pertanian Cilacap. “Yang Malabar itu tidak kalah dengan Cilumping. Itu artinya yang di Madura, Palugon, Limbangan juga sama,” jelasnya.
Dia mengakui belum mendata secara pasti luasan kebun kopi di wilayah ini. Namun, secara akumulatif, diperkirakan luasan lahan kopi mencapai 20 hektare.