Kompetisi di lima liga top Eropa masih diperjuangkan untuk bergulir. Jika tidak berlanjut dikhawatirkan akan membuat kolaps banyak klub.
Pemerintah Italia resmi mengizinkan tim Serie A kembali berlatih di luar ruangan mulai 4 Mei 2020. Tentunya dengan sejumlah syarat. Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte menyebut aturan lockdown yang berlaku di Italia sejak 9 Maret akan diselonggarkan pada 3 Mei nanti. "Aktivitas olahraga bisa kembali dilakukan dengan tetap menerapkan aturan social distancing," kata Conte dikutip dari Football Italia, Ahad lalu.
Kebijakan tersebut tidak lepas dari tren penurunan jumlah kasus positif virus corona atau Covid-19 di Italia. Menurut Conte, pemerintah hanya mengizinkan pemain berlatih secara individu dan tidak berkumpul untuk menghindari risiko penularan virus corona. Aturan tersebut akan berlaku selama dua pekan, dan jika berhasil semua tim Liga Italia barulah bisa berlatih secara normal pada 18 Mei mendatang.
Sebagai catatan, Liga Italia telah ditunda sejak pekan ke-26 dan menyisakan 124 pertandingan. Juventus, selaku juara bertahan, sementara ini memimpin klasemen dengan koleksi 63 poin. Terpaut satu angka dengan Lazio yang berada di urutan kedua. Sedangkan diurutan ketiga ada Inter Milan dengan 54 poin.
Presiden Lazio Claudio Lotito merupakan salah satu pemilik klub yang ngotot agar Serie A tetap dilanjutkan. Penghentian kompetisi, menurutnya, akan mengakibatkan seluruh klub menderita kerugian finansial.
Lotito menyebut, kelanjutan liga semata-mata demi menyelamatkan kondisi finansial klub. "Kami tidak berbicara tentang persaingan tim. Kami membahas terkait risiko besar yang harus disadari jika kompetisi tak dilanjutkan lagi," ujarmya.
Bagi Lotito, sepak bola adalah sebuah industri yang menghasilkan uang. Duit yang dihasilkan bisa mencapai lebih dari £1,2 miliar atau setara dengan Rp20,2 triliun. "Jadi kita harus mempertimbangkan konsekuensi itu, jika musim ini tak dilanjutkan," ucapnya.
Hal serupa juga dialami kompetisi Liga Jerman. CEO Borussia Dormund, Hans-Joachim Watzke, mengatakan Bundesliga Jerman bisa kolaps bila musim ini tidak dilanjutkan dalam beberapa bulan mendatang. "Tidak akan ada liga seperti yang kita kenal," kata Watzke seperti dikutip Goal.com, Senin lalu.
Watzke menilai pandemi Covid-19 telah memberikan dampak secara global bagi dunia olahraga serta organisasi secara finansial. Karena itu, ia mendesak agar kompetisi kembali bergulir. Walaupun ia sadar bahwa akan banyak fans yang tidak mendukung karena mereka ingin menonton langsung di stadion ketimbang melalui televisi. Namun, menurutnya, ini bukan persoalan suka atau tidak suka. Ini soal menyelamatkan sepak bola.
Operator Liga Jerman (DFL) terus mencari cara untuk bisa menggelar kembali sisa sembilan pekan kompetisi Bundesliga 1 dan Bundesliga 2 musim ini. Mereka punya gagasan untuk kembali melanjutkan liga—yang tertunda sejak pertengahan Maret lalu-- pada Mei 2020. Jika kompetisi dimulai kembali pada 9 Mei nanti, diperkirakan bisa selesai paling tidak pada 30 Juni 2020. Berbagai lobi terus dilakukan DFL yang telah mendapatkan persetujuan dari 36 klub dari dua jenjang teratas kompetisi Liga Jerman tersebut.
Langkah DFL untuk melanjutkan kompetisi tinggal menunggu restu dari Pemerintah Jerman. Yang jelas, upaya DFL sudah dikecam kepolisian Jerman. Menurut pihak berwenang, memaksakan pertandingan sepak bola di tengah pandemi virus corona merupakan hal yang tidak bertanggung jawab. “Mungkin kami masih bisa mengontrol apa yang terjadi di dalam stadion. Tapi ini tidak berlaku di area publik di depan stadion," kata Wakil Ketua Serikat Polisi Jerman (GdP), Jorg Radek.
***
Gelaran Liga Prancis yang masuk dalam lima liga top Eropa pun ikut berencana kembali digulirkan pada Juni mendatang. Opsi ini disampaikan oleh Presiden Federasi Sepak Bola Prancis (FFF), Noel Le Graet. Ia menyebut Juni sebagai waktu yang tepat untuk memulai kembali liga yang ditangguhkan sejak Maret silam.
Le Graet mengatakan, 17 Juni telah dijadwalkan menjadi tanggal kembali bergulirnya kompetisi. Namun, rencana ini masih bergantung pada persetujuan pemerintah. "Para menteri memegang peran kunci dalam keputusan untuk memulai kembali kompetisi, tetapi liga dan klub sama-sama punya keinginan untuk melanjutkan musim," kata Le Graet seperti dilansir ESPN.
Rencananya, sebelum dilanjutkan, Liga Prancis akan ditandai dengan bergulirnya dua laga final kompetisi domestik. Dua partai puncak itu adalah final Piala Prancis antara Paris Saint-Germain (PSG) dan St. Etienne yang dijadwalkan bergulir pada 13 Juni. Tiga hari berselang, akan dilanjutkan dengan final Piala Liga antara PSG dan Olympique Lyon. "Proposal yang saya ajukan sejauh ini belum ada yang menentang. Jadi, selama tidak ada yang mengatakan kepada saya bahwa dia tidak setuju, saya menganggap semua orang setuju dengan rencana ini," ujar Le Graet.
Berbeda dengan Liga Prancis, nasib La Liga Spanyol masih terombang-ambing. Menurut Menteri Kesehatan Spanyol, Salvador Illa, wacana kompetisi akan kembali berjalan sebelum dimulainya musim panas tampaknya akan sulit terjadi. "Saya tidak bisa menjamin apakah sepak bola akan bisa kembali bergulir sebelum musim panas. Sungguh tidak bijaksana bagi saya untuk menyebut tanggal pasti terkait ini," kata Salvador Illa.
Sebelumnya, tim-tim La Liga sudah diberikan lampu hijau untuk kembali berlatih pada awal Mei mendatang. Tapi tetap dengan protokol kesehatan yang dikeluarkan pemerintah Spanyol. Meski begitu, belum ada tanggal pasti soal kapan La Liga akan dilanjutkan kembali. Awalnya ada wacana kompetisi akan mulai pada 6 Juni atau 13 Juni, tapi harus dimainkan tanpa penonton. Namun, pernyataan Illa menjadi sinyalemen bahwa Spanyol tidak akan tergesa-gesa membuat keputusan.
Hal serupa juga dialami Liga Inggris. Menteri Kebudayaan Inggris, Oliver James Dowden, masih terus melobi kepada pihak terkait mengenai idenya soal digelarnya Premier League 2019/2020 yang disiarkan secara gratis. Baginya, akan sangat penting bagi masyarakat Inggris untuk tetap bisa menyaksikan pertandingan meskipun mereka tidak punya akses untuk masuk ke stadion. Soal jadwal bergulir kembalinya liga, Premier League masih di belakang liga lain, seperti Liga Jerman, Prancis, atau Italia.
Sementara itu, Federasi Sepak bola Eropa (UEFA) tampaknya sudah tidak terlalu ngotot mendesak liga-liga di Eropa musim 2019/2020 untuk dapat dirampungkan. Mereka bahkan sudah membuat prosedur khusus bagi liga-liga yang dibatalkan agar tetap bisa mengirim klub-klubnya tampil di kompetisi Eropa musim depan.
UEFA sejatinya tetap meminta agar liga-liga di Eropa pada musim ini tetap dilanjutkan agar mereka tetap bisa mengirimkan wakilnya bermain di kompetisi Eropa seperti Liga Champions atau Liga Eropa. Namun, jika masih terkendala, mereka mengizinkan untuk operator liga mengubah format kompetisi. "Pedoman tersebut tetap mengacu pada prinsip prestasi olahraga," begitu pernyataan resmi UEFA di laman uefa.com, Kamis pekan lalu.
Artinya, kalau ada suatu kompetisi liga di Eropa yang dihentikan karena pandemi Covid-19, masih memungkinkan untuk mengirimkan para wakilnya untuk mengikuti Liga Champions atau Liga Europa untuk musim 2020/2021 dengan sistem penilaian dari masing-masing operator liga berdasarkan prestasi.
Gandhi Achmad