Pekanbaru, Gatra.com - Pasca terhentinya layanan penumpang di Bandara Sultan Syarif Kasim Kota Pekanbaru, industri perhotelan di kota tersebut kian terpukul. Penutupan layanan penerbangan komersial terhitung sejak 25 April hingga 1 Juni.
Ketua PHRI Riau, Noftrizal, kepada Gatra.com mengatakan, terhentinya akvititas penerbangan merupakan pukulan tambahan bagi industri penginapan di Kota Pekanbaru dan Riau pada umumnya. Menurutnya, sebelum kebijakan tersebut diterapkan industri perhotelan sudah merasakan dampak bekurangnya tamu dan pembatalan sejumlah event.
"Sekarang kan yang perlu disiasati itu tamu. Tamu hotel bisa dikatakan minus di bawah 10 persen sebelum bandara ditutup. Jadi meski ada hotel yang masih buka, sebenarnya itu bisa disebut tutup karena tamu bekurang event batal,sementara biaya operasional tetap berjalan," jelasnya, Selasa (28/4).
Nofrizal menguraikan, kondisi tersebut membuat pengusaha hotel dalam kondisi dilema. Hal tersebut menyebabkan pihak pengelolah mengencangkan ikat pinggang, jika tidak ingin rugi terlalu dalam. Nof sendiri enggan merinci berapa persisnya kerugian yang kini mendera perhotelan di Riau.
"Nah, dibilang beroperasional tamunya tidak ada, dibilang tidak beroperasi karyawan tetap harus digaji. Itu sebabnya sebagian pengusaha hotel memilih tetap beroperasi namun dengan jumlah karyawan yang bekerja dikurangi," ucapnya.
Selain memikirkan biaya gaji pegawai, pengelola hotel juga dibebankan dengan biaya listrik. Adapun komponen biaya listrik sangat dipengaruhi oleh jumlah kamar yang dimiliki sebuah hotel. Dalam kondisi normal pihak hotel bisa merogoh kocek hingga Rp150 juta sampai Rp200 juta.
"Beban ini bergantung pada jumlah kamar yang dimiliki hotel. Dalam kondisi sekarang ini mungkin biaya yang dibayar bekisar Rp50 juta- Rp70 juta," ungkap Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru ini.
Diketahui, jumlah hotel di seluruh Provinsi Riau lebih kurang 500 unit. Dari jumlah tersebut sebanyak 198 hotel berlokasi di Kota Pekanbaru, dimana 8 diantaranya memutuskan untuk menutup operasional sementara waktu. Penutupan 8 hotel tersebut menyebabkan 362 karyawan dirumahkan.
Ditanya mengenai siasat yang dilakukan pengelolah hotel ditengah kondisi paceklik ini, Nofrizal menuturkan sejumlah hotel tetap berupaya mengundang kedatangan tamu dengan beragam promo. Selain itu pengelola hotel juga mencoba membuka jasa layanan makanan.