Home Politik Stafsus Presiden Mundur, Sekjen PII Diusulkan Jadi Pengganti

Stafsus Presiden Mundur, Sekjen PII Diusulkan Jadi Pengganti

Bandung, Gatra.com - Presiden Joko Widodo kehilangan dua staf khusus (stafsus milenial) milenial presiden, Andi Taufan Garuda Putra dan Adamas Belva Syah Delvara setelah keduanya resmi mengundurkan diri dari jabatan itu.

Program prakerja pemerintah Republik Indonesia dengan Platform Ruang Guru sebagai salah satu mitra pelaksana beberapa waktu lalu telah menimbulkan kontroversi diberbagai kalangan. Hal ini membuat Adamas Belva Syah Delvara mengundurkan diri. 

"Pengunduran diri tersebut telah saya sampaikan dalam bentuk surat kepada Bapak Presiden tertanggal 15 April 2020, dan disampaikan langsung ke Presiden pada tanggal 17 April 2020," tulis Belva di akun Instagram miliknya, Selasa (21/4).

Belva mengundurkan diri karena ia juga menjabat sebagai CEO di plaftorm Ruang Guru, perusahaan yang ia rintis bersama rekannya Iman Usman sejak tahun 2014.

Sementara, Andi Taufan juga mengundurkan diri karena polemik menyurati Camat terkait kerjasama dukungan relawan Amartha, perusahaan miliknya, dalam menanggulangi Covid-19. 

Dengan pengunduran diri dua stafsus tersebut, sampai saat ini belum ada rencana dari Presiden untuk mengangkat stafsus baru.

Menanggapi situasi tersebut, Pimpinan Jaringan Survei Pemuda Pelajar (JSPP), Muhamad Salman Ramdhani, angkat bicara. "Sesuai tupoksinya, agar pelaksanaan tugas Presiden lancar, ada baiknya stafsus pengganti segera diangkat. Apalagi pemerintahan sedang menghadapi situasi wabah dan tantangan besar lainnya yang harus diantisipasi segera," katanya, Selasa (28/4). 

"Selain itu, stafsus juga harus mampu memberikan saran sesuai dengan kajian data dan informasi yang akurat serta memiliki pengalaman berorganisasi yang mumpuni. Karena ini akan berkaitan dengan keterampilan manajerial dan komunikasi," tambahnya. 

Salman juga menuturkan bahwa stafsus milenial yang dibutuhkan Presiden Jokowi saat ini adalah seorang anak muda yang memahami tantangan puncak bonus demografi 2030.

"Saya pikir Presiden saat ini butuh seseorang yang memahami tantangan puncak bonus demografi 2030 dan kondisi pelajar, baik itu siswa juga mahasiswa. Saran-saran yang diberikan kepada Presiden haruslah perwujudan dari sebuah visi agar mereka berdaya saing di tahun 2030 nanti," paparnya lagi.

Ketika ditanya seorang sosok, pemuda asal Bandung ini menjawab, "Aris Darussalam, dia pernah jadi partner saya dalam dunia riset, memiliki perhatian yang baik terhadap data dan informasi, dekat dengan generasi muda juga paham situasi dan kondisi mereka. Ia sekarang sebagai Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII)," ujarnya. 

10091