Home Ekonomi Bantuan Tak Kunjung Turun, Warga Padang Mulai Menjerit

Bantuan Tak Kunjung Turun, Warga Padang Mulai Menjerit

Padang, Gatra.com - Warga Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar) mulai menjerit, terutama yang terdampak langsung wabah virus corona. Mereka mempertanyakan bantuan yang dijanjikan pemerintah setempat.
 
Warga terdampak wabah coronavirus disease (Covid-19) itu, menuntut agar bantuan Rp200 ribu per KK segera disalurkan. Pasalnya, sejak datangnya wabah Covid-19, penghasilan mereka menurun dan bahkan tidak berpenghasilan sejak adanya larangan ke luar rumah.
 
"Kami dilarang keluar rumah, tapi sampai kini belum ada bantuan, ekonomi parah. Terus kami mau makan apa," tanya Yusuf (39), warga Ampang Kota Padang saat ditanya Gatra.com, Senin (27/4).
 
Yusuf merasakan betul dampak pandemi Covid-19 saat ini. Terlebih lagi dia hanya pekerja driver Gojek. Semenjak wabah ini melanda Kota Padang, penghasilannya menurun drastis. Apalagi diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh Pemprov Sumbar.
 
Diceritakan ayah tiga anak itu, sebelum dihadang wabah Covid-19, dia mampu membawa uang pulang ke rumah minimal Rp150.000-Rp200.000 setiap hari. Kini ia lebih memilih diam di rumah, sebab tidak adanya orderan penumpang. Selain takut terjangkit, juga adanya aturan PSBB.
 
"Kini saya nganggur, kalau keluar rumah hanya menghabiskan bensin, penumpang tidak ada. Sampai detik ini, bantuan Rp600 ribu dijanjikan tidak datang-datang, bantuan sembako juga tidak ada," ujar Yusuf.
 
Begitu pula Rahayu (27), juga merasakan dampak Covid-19. Betapa tidak, suaminya hanya pedagang roti harian, kini terpaksa berdiam diri di rumah tanpa penghasilan. Sementara hingga kini, bantuan yang diianjikan Pemko Padang tidak pernah sampai ke rumahnya.
 
Warga Balimbing, Kota Padang itu menceritakan, sebelum datangnya Covid-19 di Ranah Minang, suaminya mampu menjual roti hingga lima kali satiap minggu. Kini suaminya lebih memilih di rumah mematuhi PSBB, sekaligus agar tidak terjangkit Covid-19.
 
"Yang diharapkan, pembeli roti itu anak-anak kampus, karena menjualnya di daerah kampus. Sekarang kampus lengang, jadi pemilik kedai tidak mau menerima pasokan roti lagi," ujar ibu dua anak itu.
 
Menurutnya, kendati Pemko Padang ingin terlihat adil, namun setidaknya bantuan dibagikan sesuai data yang sudah ada terlebih dahulu. Sementara yang lain, bisa menyusul sesuai data yang diperlukan hingga lengkap. Hal ini agar masyarakat terdampak tidak tambah menjerit.
 
Sementara sebelumnya, Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah mengakui, pihaknya telah memberikan data jumlah warga yang berhak menerima bantuan dana, kepada Kementerian Sosial dan Pemprov Sumbar. Namun belum mengetahui jumlah data yang disetujui.
 
Dengan demikian, Mahyeldi berharap warga Kota Padang bersabar. Pasalnya, pihaknya kini sedang menunggu kepastian dari Kementerian Sosial dan Pemprov Sumbar, agar mengetahui secara jelas jumlah data yang dihandle, sekaligus agar tidak tumpang tindih.
 
"Kita menunggu kepastian data dulu, jangan sampai nanti overlap. Mudah-mudahan, semuanya bisa berjalan lancar," imbuh Mahyeldi.
 
Terkait bantuan ini, pantauan Gatra.com, beberapa daerah di Sumbar telah mulai berangsur-angsur menyalurkan bantuan kepada mayarakat. Terutama di Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam, serta Bukittinggi. Selain itu, berbagai lembaga swadaya masyarakat juga ikut berbagi di daerah itu.
 
2225