Jakarta, Gatra.com- Pengunduran diri Belva Devara, ternyata juga diikuti oleh rekannya, Andi Taufan. Melalui surat pengunduran dirinya pada Jumat (24/4), Andi mengutarakan ingin fokus terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama usaha mikro dan kecil.
Hal tersebut memicu reaksi dari publik. Pengamat Ekonomi Indef, Bhima Yudhistira mengapresiasi tindakan Andi Taufan tersebut. Pasalnya, sebagai Staf Khusus Presiden, seharusnya Taufan dapat memisahkan kepentingan pribadi dan negara.
“Jadi pengunduran diri sekarang memang terkesan terlambat. Masalah terkait abuse of power dan konflik kepentingan dengan menggunakan kop surat negara belum selesai dengan mundurnya Taufan. Harus di telusuri oleh pihak ombudsman yang lebih paham terkait potensi penyalahgunaan wewenang pejabat publik,” katanya kepada Gatra, Jumat (24/4).
Menurutnya, mundurnya Taufan juga menjadi pelajaran berharga bagi para milenian agar berhati-hati dalam memegang jabatan publik. Terutama jangan memanfaatkan jabatan untuk urusan bisnis semata.
“ Ada 90 juta milenial di Indonesia, tentunya akan menjadi pengawas setiap langkah milenial di istana,” tegasnya.
Sebelumnya, Bhima juga menantang Belva untuk berdebat terkait kebijakan pemerintah, khususnya kartu prakerja. Sayangnya, sebelum ditanggapi, Belva sudah terlebih dahulu mengundurkan diri.