Home Ekonomi Ekonom: Harga Karet Bisa Mahal Tergantung Kemauan Pemda

Ekonom: Harga Karet Bisa Mahal Tergantung Kemauan Pemda

Jambi, Gatra.com - Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2020 yang mengalami surplus USD743,4 juta dengan nilai ekspor USD14,09 miliar dan impor USD13,35 miliar. Komposisi neraca perdagangan dari sektor non-migas masih mengalami surplus USD1,7 miliar, sedangkan dari sektor migas mengalami defisit USD932 juta. 
 
Neraca perdagangan selama Januari-Maret 2020 surplus USD2,62 miliar dengan nilai ekspor sebesar USD41,79 miliar dan impor USD39,17 miliar. Surplus terjadi karena nilai ekspor mencapai US$14,09 miliar atau tumbuh 0,23% dari US$14,06 miliar pada Februari 2020. Berdasarkan sektornya, hanya ekspor pertanian yang mengalami kenaikan secara bulanan maupun tahunan.
 
Ekonom sekaligus Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Jambi, Usman Ermulan menyebutkan, sektor pertanian dapat lebih dimanfaatkan berkontribusi lebih besar, baik dari segi ekspor maupun peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertani an ini, menurutnya, membantu masyarakat ditengah lesunya ekonomi karena corona saat ini. Selain itu, komoditas karet masih bisa diandalkan bagi pendapatan nasional dan devisa negara Indonesia. Pemerintah dapat merundingkan permintaan ekspor karet yang lebih tinggi guna membantu pendapat negara. 
 
"Karena disamping sebagai sumber devisa negara tetapi juga sebagai sumber penghasilan bagi keluarga petani," ujar eks Anggota DPR RI Komisi Perbankan dan Keuangan itu, Rabu (22/4).
 
Menurut mantan Bupati Tanjab Barat Jambi dua periode ini, peranan karet semakin terasa jika menurunnya sumbangan minyak dan gas terhadap devisa negara. Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting bukan hanya dari segi ekonomi tetapi juga sosial. Dibalik itu, agar manfaat ekonomi dapat dinikmati lebih besar oleh petani, upaya peningkatan nilai tambah juga harus dilakukan. 
 
Salah satunya, di pemerintah daerah bisa dengan mengundang investor membangun industri pengolahan karet di daerah sentra perkebunan rakyat.  Ketersediaan benih unggul merupakan faktor penentu untuk meningkatkan produksi berdaya saing tinggi, juga sebagai solusi bagi kendala yang dihadapi masyarakat. Karena meningkatnya ekspor karet ditentukan dari hasil kerja keras petani karet yang terus menjaga kualitas. Kata Usman, bila jumlah ekspor lebih tinggi dari impor, neraca perdagangan negara surplus. Neraca perdagangan akan defisit jika impor lebih tinggi dari ekspor. 
 
"Jangan sampai dalam waktu pendek, neraca dagang Indonesia mengalami defisit karena pertambahan impor yang lebih besar daripada ekspor," kata Usman.
 
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, ekspor pertanian mengalami kenaikan signifikan baik secara bulan maupun tahunan. Tercatat, ekspor pertanian mencapai USD 320 juta, atau naik 6,10%(mtm) dan naik 17,82 % (yoy). 
 
"Komoditas yang mengalami kenaikan itu di antaranya tanaman obat dan aromatik. Kemudian ada juga rempah, buah-buahan, hasil hutan bukan kayu, serta sarang burung walet," ujar Suhariyanto, Rabu (15/4) lalu.
 
Menurutnya, sektor pertanian memiliki peranan besar terhadap kenaikan kinerja ekspor. Tercatat ekspor non migas sebesar US$13,42 miliar atau naik 1,24 persen dari sebelumnya yang hanya US$13,26 miliar pada Februari 2020. Sementara ekspor migas malah mengakami penurunan sebesar 16,29 persen dari US$800 juta menjadi US$670 juta. Sepanjang bulan Maret 2020, Singapura, Malaysia, dan Ukraina menjadi negara tujuan ekspor RI yang mengalami kenaikan tertinggi. Masing-masing negara mencapai USD 281,5 juta; USD 89,7 juta; dan USD 46,4 juta. 
 
Namun begitu, untuk ekspor nonmigas Maret 2020 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu sebesar US$1,98 miliar, disusul Amerika Serikat sebesar US$1,57 miliar dan Jepang sebesar US$1,14 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,99%. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$1,22 miliar.
 
"Meski di tengah situasi yang sedang sulit diprediksi, posisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan neraca dagang sebelumnya," kata Kepala BPS.
 
Selain itu, Usman juga menyambut baik kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang akan membeli karet melalui koperasi petani. PUPR menyiapkan anggaran Rp 100 miliar termasuk membeli karet Jambi. Usman berharap karet juga dibeli dengan harga tinggi.
 
"Semoga bukan sebatas pelipur lara bagi petani," katanya. Kebijakan ini dinilai sangat tepat ditengah pandemic corona saat ini. Sebab frustrasi petani yang selama ini dirasakan lantaran harga jual yang begitu rendah hingga Rp3 ribu perkilonya di daearah Jambi. 
 
"Karet rakyat bisa menjadi inovasi bagi pembangunan Indonesia. Aspal karet bisa menjadi produk unggulan dan dipakai untuk mengaspal jalan-jalan yang ada. Setidaknya digunakan sebagai proyek campuran aspal oleh pemda sendiri guna menolong petani," katanya.
 
Persoalan seperti ini sering kali disuarakan eks Stafsus Menteri/Kepala Bappenas tahun SBY-JK itu secara lantang. Saat menghadiri Rapat Kerja Nasional HKTI di Jakarta beberapa bulan lalu. Kondisi harga yang kian terpuruk disampaikannya kepada Kementerian Pertanian yang hadir pada saat itu. Kepada kementerian juga, ia mencetuskan sejumlah pemikirannya terhadap kondisi karet yang kian merosot. Diantaranya, meminta agar adanya pembenahan tataniaga dalam penjualan hasil bumi ini, karena menurut Usman, tata niaga yang terlalu panjang justru akan merugikan petani. 
 
"Andai kata pemerintah bisa memotong itu, petani bisa lebih sejahtera daripada hari ini. Tanpa harus menukar lahan dengan beras demi memenuhi kebutuhan sehari-hari," katanya. 
1284