New York, Gatra.com – Jumlah kematian akibat virus korona di AS tembus 45.000 pada hari Selasa atau dua kali lipat dalam perhitungan sepanjang pekan ini. Angka itu meningkat dengan jumlah yang hampir mencapai rekor dalam satu hari, sebagaimana penghitungan Reuters.
Amerika Serikat melaporkan jumlah kasus coronavirus terkonfirmasi terbesar di dunia dengan angka lebih dari 810.000 kasus terinfeksi, hampir empat kali lebih banyak dari Spanyol, negara dengan jumlah tertinggi kedua di dunia. Secara global, kasus infeksi sudah mencapai 2,5 juta pada hari Selasa.
Kematian AS meningkat lebih dari 2.750 pada hari Selasa saja, hanya terpaut sedikit dari 2.806 kematian dalam satu hari pada 15 April.
Negara bagian seperti New Jersey, Pennsylvania, dan Michigan masing-masing melaporkan jumlah korban tertinggi terkait dengan virus korona satu hari pada hari Selasa - lebih dari 800 di antara tiga negara bagian. Negara bagian New York, merupakan pusat wabah AS, melaporkan ada 481 kematian baru.
Para pejabat kesehatan telah mencatat bahwa tingginya angka kematian sebagai indikator keterlambatan dalam penanganan wabah, yang datang beberapa minggu setelah pasien jatuh sakit. Meski itu bukan berarti tinggal di rumah gagal.
Kasus-kasus baru AS yang dilaporkan tampaknya melambat pekan ini, naik kurang dari 30.000 sehari selama empat hari terakhir hingga Selasa. Amerika Serikat memiliki rekor 35.392 kasus baru pada 4 April.
Negara-negara bagian termasuk Georgia dan Carolina Selatan saat ini melonggarkan pembatasan selama pandemi meski tetap menutup sebagian tempat usaha dan sebagian besar diantara mereka mengurung diri di rumah. Beberapa diantara mereka juga melayangkan protes tinggal di rumah, sebagaimana terjadi di Michigan, Pennsylvania, California dan di tempat lain.
Sebuah jajak pendapat Reuters / Ipsos yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan mayoritas warga Amerika percaya bahwa perintah tetap tinggal di rumah harus diikuti sampai ada instruksi dari pejabat kesehatan setempat yang mematikan kondisi sudah aman.
Akibat pengetatan, telah memaksa lebih dari 22 juta orang untuk mengajukan tunjangan pengangguran pada bulan lalu. Hal itu menyebabkan harga minyak jatuh akibat permintaan berkurang.