Tegal, Gatra.com - Tiga hari menjelang pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal, Jawa Tengah mulai mendistribusikan paket sembako kepada warga miskin dan terdampak, Senin (20/4). Bantuan itu rencananya akan diberikan sebanyak tiga kali.
Paket sembako didistribusikan ke rumah warga miskin dan terdampak melalui kelurahan di masing-masing kecamatan secara bertahap selama tiga hari menjelang PSBB. Pada Senin, pendistribusian dilakukan di wilayah Kecamatan Tegal Timur dan Tegal Selatan. Tiap paket terdiri 5 kilogram beras, 6 bungkus mi instan, 1 kaleng sarden, 1 kaleng susu, 1 bungkus teh, dan 1 botol kecap.
Wakil Wali Kota Tegal, Mohamad Jumadi mengatakan, total paket sembako yang akan dibagikan sebanyak 16.365 paket. Jumlah itu sesuai dengan data jumlah warga miskin dan warga yang terdampak.
"Tapi jumlah itu bisa bertambah karena dari laporan yang masuk ada 20 ribu warga yang terdampak tapi tidak menerima. Nanti kami verifikasi dulu," kata Jumadi saat mengecek persiapan pendistribusian di Kelurahan Pesurungan Lor, Kecamatan Margadana, Senin (20/4) sore.
Menurut Jumadi, paket sembako akan disalurkan kepada masyarakat sebanyak tiga kali, yakni sebelum, selama, dan sesudah PSBB diberlakukan. PSBB sendiri akan diberlakukan mulai 23 April hingga 23 Mei 2020.
"Sebelum PSBB diberlakukan, masyarakat sudah menerima bantuan. Jadi, masyarakat tidak perlu keluar rumah. Kami juga berharap bantuan dari pemerintah pusat dan provinsi juga bisa segera disalurkan sehingga bisa linier dengan bantuan pemkot," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Jumadi meminta petugas Dinas Sosial, kecamatan dan kelurahan untuk memastikan paket sembako yang dibagikan tepat sasaran. "Isinya juga harus dipastikan, tidak ada yang kurang," tandasnya.
Sementara itu, salah satu warga Kelurahan Slerok, Kecamatan Tegal Timur, Wiwid (31), mengaku tidak masuk dalam daftar warga yang menerima bantuan paket sembako dari pemkot. Padahal, keluarganya menurut dia termasuk yang terdampak Covid-19.
"Pembagian bantuan belum merata. Keluarga saya tidak terdata. Padahal suami saya kerjanya sebagai pedagang ikut terdampak Covid-19. Pendapatannya menurun," ujar Wiwid.