Home Kesehatan Saat Dunia Berusaha Manusiawi kepada Penghuni Panti Jompo

Saat Dunia Berusaha Manusiawi kepada Penghuni Panti Jompo

Halle, Gatra.com - Pandemi Covid-19 yang menyerang penduduk bumi secara global memang mengubah tatanan hidup manusia, utamanya pada perilaku sehari-hari. Berbagai kebijakan Lockdown atau Karantina yang diambil oleh para pemimpin negara di belahan dunia, tentunya membatasi ruang gerak manusia yang diwajibkan untuk tetap tinggal di dalam rumah demi menekan angka penyebaran Virus tersebut.
 
Efek Lockdown juga terjadi pada penghuni panti jompo, yang notabenenya sudah individu renta dan berusia lanjut (Lansia). Di beberapa negara, lockdown juga membuat para lansia tersebut untuk ditahan di tempat karantina, tanpa bisa dikunjungi orang-orang yang mereka kasihi. 
 
Hal itu menggugah jiwa Perdana Menteri Belgia, Sophie Wilmes yang mengedepankan hal manusiawi, tanpa memandang remeh penyebaran wabah Covid-19 di negaranya. Wilmes mengatakan, pemerintahnya memutuskan untuk mengizinkan satu pengunjung dengan kesehatan yang baik untuk bisa mengunjungi orang terkasihnya di panti jompo di negara tersebtut
 
"Orang juga bisa meninggal karena kesepian. Isolasi berkelanjutan tenrunya memiliki konsekuensi tersendiri," kata Wilmes seperti dilansir AP News.
 
Seketika Wilmes mengeluarkan kebijakan tersebut, Badai kritik langsung menyerang Perdana Menteri Belgia tersebut. Banyak pihak mengatakan, kebijakan itu hanya akan membahayakan nyawa, membebani staf atau tenaga medis, dan menyianyiakan "engguaan persedian Alat Pelindung Diri (APD) yang banyak pihak menilai ketersediaanya sudah semakin menipis di negara tersebut.
 
"Secara harfiah, kebijakan itu juga membuka pintu secara terbuka untuk virus. Ini berarti akan ada lebih banyak pihak terinfeksi dan orang lanjut usia yang rentan akan mati juga meningkat," kata organisasi perawatan Icaro.
 
Sejatinya, Belgia bukanlah negara pertama yang tengah berada dilema emosional dalam upaya perjuanganya menekan penyebaran wabah Covid-19. Kasus di Belgia itu juga yang menjadi cerminan betapa sulitnya negara mengambil kebijakan yang dapat mencampur adukan kebijakan secara ketat dengan hal yang berkenaan dengan etika dan emosional didalam penerapannya.
 
Di Belanda, Menteri Kesehatan Belanda, Hugo de Jonge, menyebutnya kondisi tersebut sebgagai sebuah "dilema iblis." Ketika virus itu menyebar ke seluruh Eropa, negara-negara yang paling terpukul seperti Italia, Spanyol, Inggris, Prancis, melarang semua kunjungan ke panti jompo untuk melindungi para lansia yang rentan, yang dalam beberapa kasus telah terenggut nyawanya oleh Coronavirus. Dari Belgia ke Turki, beberapa negara lain melakukan hal yang sama.
 
Tetapi ketika kebijakan Lockdown dilakukan secara berlarut-larut, beberapa pihak tergugah untuk kembali memikirkan hal-hal esensial dibalik kebijakan yang tidak memperbolehkan individu untuk keluar rumah tersebut. Dalam beberapa hari terakhir, Prancis, Inggris, dan Belgia telah mengusulkan pelonggaran aturan, guna meringankan rasa sakit emosional khusunya dalam keluarga dan orang-orang terkasih, yang tak bisa ditemui karena kebijakan Lockdown.
 
Sedangkan di Amerika Serikat, pedoman pemerintah federal merekomendasikan untuk menghentikan semua kunjungan, kecuali individu tengah berada di akhir waktu hidupnya, serta jika berada di situasi luar biasa lainnya. Kondisi itu pun tetap menuntut pihak yang berkunjung untuk melengkapi diri dengan alat pelindung diri. 
 
Badan federal yang mengatur panti jompo, juga mendesak mereka untuk menunjuk sebuah asilitas terpisah untuk bertemu, guna menjauhkan potensi pasien positif COVID-19 dengan mereka yang telah dites negatif.
 
Masalah ini nyatanya telah menyentuh banyak pihak, karena ada sedikit ketakutan dalam diri mereka, ketika harus menjalani hidup sendirian, tanpa mengetahui kondisi orang lainnya.
 
Seringkali, itu bukan hanya kurangnya pelukan atau senyuman dari seorang cucu, atau mengetahui bahwa pasangan atau orang tua mungkin tengah mengalani kondisi sekarat tanpa ada orang di samping tempat tidur mereka.
 
Smentara itu, Prancis juga tengah berupaya menemukan jalan tengah dalam masalah tersebut. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pekan lalu memerintahkan adanya pengecualian kebijakan Karantina, untuk memberikan kesempatan bagi keluarga yang ingin melihat anggiota keluarga yang tengah berada di akhir hidup mereka.
 
"Untuk memberikan pengecualian pada keluarga yang ingin menjenguk kerabat mereka diakhir hidupnya. Untuk sekedar memberikan slaam perpisahan terakhir untuk mereka," kata Macron.
 
Pada hari Senin(20/04), Prancis akan mulai mengizinkan dua anggota keluarga untuk mengunjungi orang yang dicintai di panti jompo, tentu dengan syarat Alat Perlindungan Diri yang memadai.
 
Atas dasar langkah yang dibuat oleh beberapa negara yang tetap memperhatikan sisi "Kemanusiaan" ditengah pencegahan Pandemi Corona, Perdana Menteri Belgia, Shopie Wilmes berpandangan dunia harus melakukan sesuatu ditengah situasi yang "tidak manusiawi" saat ini.
 
"Semua orang melihat betapa tidak manusiawi situasi saat ini. Kita harus melakukan sesuatu untuk merubah itu," pungkasnya.
240