Jakarta, Gatra.com – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih belum dapat melihat kapan krisis yang diakibatkan oleh pandemic Covid-19 akan berakhir. Sebab, bukannya menujukkan tanda-tanda perbaikan, penyebaran virus justru terlihat lebih mengkhawatirkan, seperti yang saat ini terjadi Amerika Serikat, Spanyol, Italia, bahkan Indonesia.
Hal itu lah yang kemudian membuat pemerintah juga belum dapat melihat secara pasti, bagaimana pengaruh krisis tersebut terhadap perekonomian nasional.
“Harapannya pesan ini disampaikan, kita belum melihat end of the crisis. Kita masih melihat tanda-tanda krisis makin dalam. Bagaimana pengaruhnya sama keuangan pemerintah,” kata dia dalam konferensi press Indonesia Macroeconomic Update, di Jakarta, Senin (20/4).
Baca juga: Pemulihan Ekonomi Nasional Bergantung Pencegahan Covid 19
Karenanya, Febrio tak memungkiri, skenario terburuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020, yakni sebesar 2,3 persen, dapat terpuruk lebih dalam lagi. Artinya, pertumbuhan ekonomi negara pada tahun ini, masih bisa tumbuh lebih rendah disbanding 2,3 persen.
Meski begitu, dengan segala kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah, begitu juga dengan kolaborasi pemerintah dengan sektor swasta dan masyarakat, pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan masih bisa tumbuh di atas 2,3 persen.
“Resiko itu tetap ada, dan itu yang sedang kita usahakan untuk kita hindari,” tuturnya.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020, diperkirakan masih akan tumbuh di sekitar angka 4,6 persen. Sedangkan penurunan signifikan akan mulai terjadi pada kuartal II, yang diakibatkan oleh dampak dari pandemic Covid-19.
“Dugaan kami dan harapannya itu benar, 2020 kuartal II, benar-benar menjadi puncak pandemi ini. Harapannya, sejak 2020 Q2 kita sudah bisa rebound. Nah skenario ini memang yang bekerja di kami sekarang. Tapi apakah ini benar, ya ini nanti akan dibuktikan dari realisasinya dari bulan ke bulan,” jelas Febrio.