Home Gaya Hidup Unggahan Hanya Diikuti 12 Tetua Adat, Kepala Desa Menangis

Unggahan Hanya Diikuti 12 Tetua Adat, Kepala Desa Menangis

Banyumas, Gatra.com - Tradisi Unggahan yang digelar Komunitas adat Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (17/4) hanya diikuti 12 orang tetua adat. Mereka mengikuti imbauan pemerintah untuk tidak melaksanakan ritual yang menghadirkan massa dalam jumlah banyak.

Tetua adat yang juga juru bicara Komunitas Bonokeling, Sumitro menuturkan, Unggah-unggahan merupakan prosesi adat yang digelar menjelang bulan puasa. Biasanya, tradisi ini diikuti lebih dari 1.000 orang. Tetapi karena adanya wabah Covid-19 maka komunitas adat Bonokeling berupaya menghindari kerumunan.

"Orangnya terbatas, hanya 12 tetua adat, terdiri dari kunci [pemimpin] dan bedogol [tetua Banokeling]. Rangkaian acara mulai Kamis (16/4) malam, hanya doa biasa di Balai Pasemuan. Jumat (17/4) pagi, kasepuhan sowan [ziarah] ke Makam Banokeling untuk mewakili seluruh anak putu yang tidak hadir. Potong kambing juga hanya satu ekor untuk persyaratan saja," kata dia.

Dia mengaku harus meyakinkan para sesepuh hingga beberapa kali untuk mengikuti arahan pemerintah. Akhirnya, mereka mau memahami dan memahami situasi wabah tersebut. Sumitro mengatakan, anak putu yang tidak menghadiri tradisi tersebut melakukan ritual secara terpisah hingga Minggu (19/4). Setiap keluarga menggelar selamatan dan berdoa di rumah masing-masing.

Ia mengaku sangat sedih dan prihatin, sebab tidak dapat menggelar prosesi Unggah-unggahan seperti biasanya. Ritual yang diselenggarakan setahun sekali tersebut diikuti ribuan orang. Pada kondisi normal, dalam ritual adat ini sebagian besar anggota yang disebut sebagai 'anak putu' Bonokeling mengikuti prosesi jalan kaki dari Cilacap menuju ke Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas. Mereka membawa hasil bumi dan akan dimasak bersama-sama usai prosesi ziarah ke makam Bonokeling.

"Saya sangat sedih karena tidak bisa menggelar acara unggah-unggahan seperti biasanya. Bahkan Pak Kades sampai menangis. Karena ada gangguan seperti ini, tapi tetap harus patuh sama pemerintah. Ya nggrentes [sedih], ya nelangsa. Kami tetap percaya sama pemerintah," kata dia.

Sumitro berharap, wabah ini tidak berlangsung lama di bumi Nusantara. Selain itu, pandemi ini dapat menjadi hikmah dan pelajaran bagi masyarakat.

Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Nilai Tradisi Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Mispan mengatakan, selain tradisi Unggahan, sejumlah agenda juga ditiadakan pada tahun 2020 ini. Agenda tersebut di antaranya pawai budaya Tawur Agung Kesanga dalam rangka Hari Raya Nyepi, Haul Syekh Makdum Wali dan kegiatan ziarah di Ndalem Santri Kutaliman. "Tapi prosesi Jaro Rojab di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, 22 Maret lalu masih digelar. Saat ganti pagar, masyarakat adat melakukan tapa bisu tanpa berbicara satu sama lain," ujarnya.

683