Home Ekonomi Difabel di Tegal Beralih Buat Masker Demi Menyambung Hidup

Difabel di Tegal Beralih Buat Masker Demi Menyambung Hidup

Slawi, Gatra.com - Pandemi COVID-19 turut berdampak pada perekonomian sejumlah difabel di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Agar tetap bisa mendapat penghasilan, mereka beralih membuat masker.

Salah satu di antara mereka yakni Rusanto (47), warga Tembok Lor, Kecamatan Adiwerna. Rustanto sehari-hari bekerja sebagai penjahit. Sejak pandemi Covid-19 merebak, dia tak lagi mendapat pesanan pembuatan baju. Dia pun beralih membuat masker dari kain agar bisa tetap mendapat penghasilan.

"Biasanya saya menjahit baju. Tapi karena pesanan sepi sejak ada Covid-19, saya beralih membuat masker demi menyambung hidup, biar ekonomi tetap jalan," kata Rustanto, Jumat (17/4).

Masker yang dibuat Rustanto menggunakan bahan kain katun minyak. Ukurannya 20 sentimeter x 20 sentimeter. Dengan keterbasan fisik yang dimiliki, masker yang dibuat Rustanto bisa mencapai 30 buah dalam sehari. Pembuatannya dilakukan menggunakan mesin jahit listrik.

"Alhamdulillah pesanan banyak walaupun kemampuan saya cuma bisa buat 30 buah sehari. Pesanan ada dari instansi, pengusaha dan dosen. Bahan kainnya modal sendiri, walaupun kainnya mahal dan untungnya sedikit yang penting bisa tetap ada penghasilan," kata penyandang tuna daksa itu.

Menurut Rustanto, harga masker yang dibuatnya Rp8 ribu per buah. Dia memastikan masker buatannya sudah sesuai dengan standar kesehatan. Sebab masker dibuat dengan dua lapis kain dan ada tempat untuk menaruh tisu.

"Saya buatnya sesuai yang disampaikan Gubernur Jawa Tengah Pak Ganjar. Selain itu juga sudah layak uji dari Dinas Kesehatan. Malah dari Dinas Kesehatan pesan sebanyak-banyaknya sesuai kemampuan saya," ungkapnya.

Menurut Rustanto, pandemi Covid-19 memang berdampak pada perekonomian masyarakat, termasuk dirinya. Namun ia tak mau meratapi keadaan tersebut. "Buat apa diratapi. Harus tetap semangat dan dicari bagaimana caranya agar ekonomi tetap harus bisa jalan," ujarnya.

Pembuatan masker biasanya dilakukan Rustanto di sekretariat Difabel Slawi Mandiri (DSM) bersama dua orang difabel lainnya di Kabupaten Tegal. Mereka sebelumnya pernah mendapat pelatihan keterampilan menjahit yang difasilitasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tegal.

"Ada tujuh sampai delapan orang yang beralih membuat masker. Ada yang di sini (sekretariat DSM), ada yang di rumah," ujar Rustanto.

Difabel lainnya, Rodah (40), mengaku sudah dua pekan diliburkan dari konveksi tempatnya bekerja. Sehingga ia beralih membuat masker agar bisa tetap mendapat penghasilan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Biasanya saya bikin gamis atau seragam. Sehari upahnya Rp300 ribu sampai Rp500 ribu. Tapi karena Covid-19 diliburkan, tidak ada pemasukan sama sekali," ujarnya.

146