Surabaya, Gatra.com - Kolaborasi antara RS Universitas Airlangga (RSUA) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam membuat robot pengganti perawat, masih berlanjut. Rencananya, RSUA akan memiliki tiga unit robot perawat berbentuk humanoid buatan ITS.
Tiga robot humanoid setinggi 1,5 meter itu akan dilengkapi dengan sejumlah fitur. Antara lain pengukur suhu tubuh, pengukur denyut nadi dan pendeteksi jalan saat bergerak. Nilai satu robotnya, sekitar Rp 200 jutaan atau setengah harga lebih murah ketimbang robot sebelumnya yang dinamai ProNakes.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, dengan adanya robot tersebut, diharapkan penanganan pasien Covid-19 akan lebih efisien dan efektif. Sehingga, juga akan memberikan kemudahan bagi tenaga medis, khususnya perawat, selama merawat pasien Covid-19.
"Soal robot, menurut saya sesuatu yang memberikan ruang lebih longgar bagi seluruh tenaga kesehatan. Medik maupun paramedik. Selain itu, (robot) ini akan menjadi bagian dari upaya efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan kepada pasien," kata Khofifah usai kunjungan di RSUA, Kamis (16/4).
Khofifah berharap, semua rumah sakit rujukan, terutama RSU dr. Soetomo dan RSU Saiful Anwar juga terinspirasi dan menggunakan teknologi yang sama. Menurutnya, kapasitas RSU dr. Soetomo dan RSU Saiful Anwar sudah mumpuni untuk mengaplikasikan teknlogi serupa.
"Saya harap, (robot tersebut) menjadi inspirasi bagi rumah sakit lain di Jawa Timur. Bahwa ada desing robot yang mampu memberikan layanan kepada pasien," kata Khofifah.
Direktur Utama RSUA dr Nasronudin mengatakan, misi robot humanoid itu akan sama. Yakni, menggantikan tugas harian perawat selama merawat para pasien Covid-19 dan pasien infeksi menular lainnya.
Rencananya, lanjut Nasronudin, akan ada satu robot di tiap lantai gedung ICU RSUA. Sehingga, akan ada empat robot yang nantinya beroperasi merawat pasien. Perawatan yang dilakukan robot tersebut tentunya akan bersifat non-medis.
Antara lain, mengantar obat, kain linen, makanan dan minuman, termasuk obat-obatan injeksi. Meski demikian, adanya peran robot-robot tersebut nantinya akan mengurangi beban fisik para tenaga medis selama merawat pasien.
"(robot itu mampu) mengurangi 50 persen frekuensi kegiatan pemeriksaan tenaga kesehatan kepada pasien," kata Nasronudin.
Nasronudin mengatakan, RSUA tidak hanya akan memiliki tiga robot. Akan ada lima robot lagi yang akan beroperasi di gedung ICU RSUA. Sebab, lanjutnya, harus ada minimal empat robot yang akan menangani pasien di tiap lantai ruang ICU.
Nah, sementara menunggu proses pengerjaannya, proyek yang juga melibatkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kementerian Riset dan Teknologi tersebut masih memanfaatkan robot purwarupa 01 yang dinamakan Robot Medical Assistant ITS-Unair (RAISA).
Robot yang hanya ada satu unit di RSUA tersebut berbentuk seperti rak buku dengan tinggi 1,5 meter. Sistem penggeraknya, menggunakan remote control atau joystick dari jarak jauh. Teknologi mesinnya sendiri, mengusung empat robot karya tim ITS sebelumnya.