Home Kebencanaan Kisah Satu-Satunya Sukarelawan Perempuan Sopir Ambulans

Kisah Satu-Satunya Sukarelawan Perempuan Sopir Ambulans

Jakarta, Gatra.com - Ika Dewi Maharani, satu-satunya sukarelawan medis perempuan yang bertugas sebagai sopir ambulans dalam menangani Coronavirus Disease 2019 (Covid)-19 membagikan kisahnya.

Ika yang terbagung dalam sukarelawan di bawah naungan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 membagikan kisahnya dalam konferensi pers secara daring dari Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Kamis (16/7).

"Dengan keahlian yang saya miliki, saya bisa menyetir, saya basic perawat, jadi pas saya sesuai dengan panggilan hati, dengan kemampuan yang saya punya, saya harus melayani," ungkap Ika membuka kisahnya sebagai sukarelawan penanganan Covid-19.

Perempuan yang berasal dari Maluku Utara (Malut) dan tergabung dalam Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI), kuliah di Surabaya, Jawa Timur. Kini tinggal di mess yang disediakan BNPB dan bertugas di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI).

Menangani pasien di rumah sakit menjadi hal biasa bagi Ika, namun mengantarkan pasien ke rumah sakit menjadi persoalan lain. Dia mengaku menjadi sopir ambulans merupakan pengalaman pertama dalam hidupnya.

"Untuk ambulans baru pertama kali di dalam hidup saya, tapi ya gitu, ternyata di ambulans tidak semudah yang kita bayangin," kata Ika.

Ia mengungkapkan, meski sudah membunyikan sirine, namun tidak semua pengendara di jalan mempunyai kepekaan untuk memberikan jalan kepada ambulans yang tengah mengakut pasien.

"Ya untung ada orang dengan kesadaran memberikan jalan, jadi kita tetap dengan cepat membawa pasien ke tempat yang dirujuk," ujarnya.

Mengemban tugas untuk mengantarkan pasien dalam pengawasan (PDP) atau pun pasien positif Covid-19 membuat Ika berisiko besar terinfeksi virus corona.

Untuk mengantisipasinya, Ika mengatakan, menerpakan safety adalah kunci utama. Menggunakan alat perlindungan diri (APD) menjadi keniscayaan sebelum berangkat bertugas. Tidak hanya agar dirinya aman, tetap juga agar para pasien tetap aman.

Meski telah mengenakan APD, sebagai manusia biasa, Ika mengaku tetap mempunyai perasaan takut. Namun semangat kemanusiaan yang dia rasakan jauh lebih tinggi.

"Rasa takut ada pasti, cuma ini harus kita lihat lagi, ini adalah tugas bagi kita sebagai relawan medis, kita harus menangani pasien dari awal sampai akhir pasien itu kita harus tangani," ungkapnya.

Sedangkan untuk menjaga imunitas tubuh sebagai cara untuk melawan virus corona, di tengah shift pukul 12.00 WIB, Ika selalu menyempatkan diri untuk makan teratur dan istirahat yang cukup.

"Shift pagi dari jam [pukul] 7 sampai jam [pukul] 7 malam, itu pertama harus makan dulu. Selesai absen kita makan, ada panggilan untuk kita rujuk, setelah itu selesai, baru kita makan, yang penting makan harus sehari 3 kali, multivitamin, dan susu," katanya.

Dengan usaha terbaiknya mengabdikan diri sebagai sukarewalan Covid-19, Ika berharap pandemi ini dapat segera berakhir. "Kita harap penanggulangannya ini semakin cepat, jadi bencana ini cepat akan berakhir," ujarnya dalam keterangan pers.

315