Indragiri Hulu Gatra.com - Keterbatasan fisik dan keterbatasan ekonomi tak membuat Nuri Wulandari (18) berpangku tangan di tengah pandemi Covid-19. Ia justru bertekad untuk mendedikasikan dirinya membantu warga masyarakat, salah satunya dengan membuat masker yang dibagikan secara gratis.
Bermodalkan sebuah mesin jahit dan kemampuannya, gadis berparas ayu asal Desa Sebrida, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) Provinsi Riau ini setiap hari menjahit masker. Masker itu bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dibagikan secara gratis, kepada warga yang membutuhkan.
Ia memang sengaja tidak menjual masker buatannya.Sebenarnya ia bisa saja menjual masker produksi itu untuk mendapatkan keuntungan. Tapi, ia tidak mau memanfaatkan kondisi dimana warga kesulitan masker. Justru sebaliknya, gadis yang terpaksa diamputasi kaki kanannya ini, ingin sedikit keahliannya bisa bermanfaat untuk orang banyak.
"Untuk mengisi waktu luang saya, membuat masker yang nantinya akan didistribusikan oleh Polres untuk membantu warga," katanya kepada Gatra.com, Rabu (15/4).
Di rumahnya yang berdinding kayu dan lantainya masih tanah, Nuri demikian gadis ini biasa disapa, membuat sendiri masker-masker yang akan dibagikan.
Dengan teliti dari membuat pola masker, memotong kain lalu menjahitnya. Itu semua dilakukannya sendiri. Untuk bahan baku kain ia dapatkan dari Polres Indragiri Hulu.
Dia tidak bekerja untuk Polres Inhu untuk memproduksi masker, tapi memang dia ingin mendedikasikan dirinya untuk menjadi relawan Covid-19.
Nuri mengaku pendistribusian masker buatanya memang dilakukan oleh Polres Inhu, karena dirinya memiliki kedekatan khusus dengan pihak kepolisian. Ia merasa sudah ditolong polisi.
Kedekatannya itu berawal dari kisah pilu yang menerpa dirinya. Saat ia mengalami kecelakaan pada awal tahun 2020 lalu. Gadis cantik itu harus menerima kenyataan kaki kanannya di amputasi.
Sebenarnya kaki Nuri masih bisa tertolong seadainya pada saat itu ia mendapatkan perawatan yang memadai. Lagi-lagi karena masalah ekonomi, Nuri hanya dirawat di rumah. Karena tidak mendapatkan perawatan, kaki Nuri lama-kelamaan kondisinya memburuk. Kakinya bengkak dan sudah mati rasa.
Beruntung, Bhabinkamtibmas setempat mengetahui kondisi Nuri, dan langsung membawanya ke Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru. Namun sayang karena sudah terlalu parah, tim dokter akhirnya melakukan tindakan amputasi demi menyelamatkan nyawanya.
"Awalnya Bhabinkamtibmas melaporkan ada kejadian yang menyayat hati itu, lalu kita berinisiatif untuk membawa Nuri, untuk mendapatkan pertolongan," ungkap Kapolres Inhu, AKBP Efrizal kepada Gatra.com, Rabu (15/4).
Kondisi ekonomi keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan, tidak hanya membuat nuri tidak mendapatkan perawatan medis ketika kecelakaan, namun juga memaksanya untuk berthenti sekolah alias putus sekolah saat kelas XI di salah satu SMA di Inhu.
Nuri sempat putus asa dengan keterbatasan fisik yang ia alami, namun berkat dukungan dari banyak pihak, termasuk Polres Inhu, mampu membuat Nuri bangkit, bahkan lebih produktif.
Gadis berkerudung inipun berharap, suatu saat dirinya bisa melanjutkan kembali sekolahnya, bahkan sampai ke jenjang yang lebih tinggi.