Jakarta, Gatra.com – Stimulus Presiden Joko Widodo yang menyedot anggaran mencapai Rp20 triliun melalui pelatihan online Kartu Prakerja terhadap pekerja yang terdampak pandemi corona dikritik Gerakan Pemuda (GP) Ansor.
Ketua Umum Pimpinan Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) menilai stimulus yang diberikan melalui Kartu Pra Kerja dalam bentuk pelatihan online tidak tepat.
Pasalnya, yang dibutuhkan rakyat, termasuk yang kehilangan pekerjaan, adalah bantuan yang dapat membuat mereka bertahan hidup akibat pandemi corona yang belum ketahuan kapan berakhirnya.
“Kita juga tahu, selama ini pelatihan-pelatihan semacam itu tidak efektif dan malah terkesan buang-buang anggaran saja. Rakyat dan karyawawan yang kehilangan pekerjaan saat ini butuh bantuan untuk hidup, bahan makanan, bukan pelatihan online,” ujar Gus Yaqut, melalui siaran pers yang diterima Gatra.com, Rabu (15/4).
Gus Yaqut membayangkan, jika jumlah peserta 5,6 juta orang dan membutuhkan biaya pelatihan Rp 1 juta, maka anggaran yang diperlukan mencapai Rp5,6 triliun.
“Ini malah anggarannya mencapai Rp20 triliun. Itu anggaran besar sekali. Uang itu akan bermanfaat kalau seandainya diberikan untuk membantu rakyat bertahan hidup selama masa pandemi seperti bantuan sembako atau uang tunai,” katanya.
Pelatihan online melalui vendor lembaga training online juga dinilai memiliki celah hanya akan menguntungkan perusahaan aplikasi training online.
“Yang menikmati siapa kalau begitu, rakyat atau perusahaan aplikasi training online?,” tukasnya.
Gus Yaqut menyebut, penerima pelatihan online itu rata-rata orang yang telah memiliki skill. Lantas apakah aka nada jaminan para penerima pelathan akan mendapat kerja.
“Sedangkan kesulitan hidup itu nyata akan mereka hadapi. Rakyat justru butuh bantuan untuk bertahan hidup. Jadi, yang mendesak dibutuhkan bukan pelatihan atau pembinaan, tapi bantuan yang langsung dirasakan rakyat. Rakyat sangat butuh sembako dan uang untuk bertahan hidup selama pandemi,” tukasnya.