Semarang, Gatra.com – Menjaga bumi bersih dari sampah dilakukan Coca – Cola Amatil Indonesia (CCAI). Bekerja sama dengan Bintari Foundation membagikan pengalaman dalam mengolah sampah menjadi bank sampah di lingkungan terkecil yakni tingkat Rukun Tetangga (RT) dan dusun.
Edukasi bank sampah kali ini dilaksanakan pada warga Dusun Kebonan Desa Randuguting Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, baru-baru ini. Disumbangkan aneka peralatan bank sampah seperti karung bekas untuk memilah sampah sampai diskusi dan pendampingan dalam menjalankan bank sampah.
Baca juga: PKB Kesejahteraan Karyawan Bagian Investasi Masa Depan CCAI
Public Affairs & Communication Coca-Cola Amatil Indonesia Satria Ramadhani menjelaskan, persolan sampah makin pelik. Selain terjadi penumpukan yang kian banyak setiap hari, juga kebiasaan masyarakat yang kerap memusnahkan sampah dengan cara dibakar.
“Informasi dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang, sekitar 75 persen TPS telah kelebihan muatan sehingga tidak semua sampah dapat terdistribusi hingga ke TPA. Kemungkinan sampah-sampah ini dibuang ke sungai atau tempat lain yang tidak semestinya,” katanya.
Karena itu, Coca-Cola memfasilitasi bank sampah untuk menggugah kesaradaran perlunya pengelolaan sampah agar terwujud lingkungan yang bersih, sehat, dan hijau, perlu dimulai dari rumah.
Baca juga: Digitalisasi Logistik Coca-Cola Gandeng Kargo Technologies
“Amatil Indonesia juga mendukung pengembangan masyarakat melalui berbagai inisiatif sosial kemasyarakatan seperti pemberian bantuan pendidikan bagi anak-anak berprestasi di sekitar fasilitas Amatil Indonesia, penyediaan layanan kesehatan secara cuma-cuma di setiap poliklinik Amatil Indonesia, dukungan penanaman pohon, program pemberdayaan masyarakat lewat program Coca-Cola Forest, serta pengembangan bibit muda sepak bola melalui Coke Kicks,” jelasnya.
Kegiatan tersebut juga didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang berupa alat transportasi untuk mengangkut sampah.
“Kami bersama CCAI melakukan pendampingan agar warga dapat mengelola sampah dengan benar dan mandiri,” ungkap Amalia, perwakilan Bintari Foundation.
Berdasarkan survey Bintari, di Desa Randugunting, ada tiga bank sampah yang terbentuk dengan total sampah pilah terkumpul rata-rata 250 Kg seti ap bulannya. Harapannya kegiatan ini dapat menular ke Desa lain di sekitarnya, sehingga dapat mengurangi jumlah sampah yang terkumpul di TPA, dan menambah pemasukan dana untuk kepentingan warga desa.
Di Desa Randuguting, saat ini telah memiliki sistem pengolahan sampah yang aktif bank sampah. Warga diajak memilah sampah antara lain sampah plastik, kaca, logam, kardus, dan sampah lain yang masih mempunyai nilai jual.
Sampah yang tidak bisa di daur ulang sebagian diangkut menggunakan kendaraan roda tiga ke TPA, dan yang masih laku dijual dikumpulkan warga melalui bank sampah yang nantinya akan dijual ke pengepul dan hasilnya digunakan untuk kepentingan warga seperti pembuatan taman desa.
“Dulu belum terpikir untuk mengelola sampah, hanya membayar iuran setiap bulan agar sampah ada yang ambil untuk dibuang ke TPA. Setelah ada sosialisasi dari pemerintah desa dan CCAI, sekarang sudah bisa mengelola sampah secara lebih mandiri,” ujar Yuli, pengurus bank sampah Dusun Kebonan, Desa Randugunting.