Jakarta, Gatra.com - Sekretaris Umum Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Pendeta Jacky Manuputty, menegaskan orang yang terpapar virus corona atau Coronavirus Disease 2019 (COVID)-19 bukan merupakan aib atau kutukan Tuhan. Menurutnya, stigmatisasi yang mendorong ke tindakan-tindakan diskriminatif terhadap mereka yang terpapar harus dilawan bersama-sama.
Terkait hal itu, dia menjelaskan bahwa peran keluarga menjadi penting untuk memberikan edukasi dan literasi yang benar soal COVID-19 secara terus menerus.
"Saat berdiam bersama keluarga di rumah, literasi dan edukasi harus terus-menerus dilakukan," ujarnya dalam keterangan pers di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Gedung Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Minggu (12/4).
Selain itu, kata Jacky, gereja-gereja secara institusional memaknai kebangkitan Kristus dalam situasi pandemi COVID-19 harus dinyatakan melalui tindakan gereja. Tindakan itu dilakukan untuk membela dan merawat kehidupan. Dia menilai, gereja harus dapat mengonsolidasi seluruh sumber dayanya, baik sumber daya institusi, pelayanan maupun sumber daya umat guna memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
Dia juga mencontohkan untuk sikap dan tindakan solidaritas itu, gereja bisa menyiapkan gedung gereja yang saat ini kosong dan tidak dipakai, sebagai tempat isolasi bagi mereka yang terpapar COVID-19, bilamana dinilai layak dan dibutuhkan.
Kemudian, lanjut Jacky, gereja juga harus siap untuk dampak ikutan dari pandemi Corona misalnya keterpurukan ekonomi dan naiknya angka pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja.
"Sekali lagi, saya mengimbau untuk menggerakkan diakonia berbasis keluarga. Yang kuat membantu yang lemah, apapun latar belakang dan perbedaannya," kata Jacky.
PGI juga mengajak seluruh umat Nasrani melakukan tindakan solidaritas melalui upaya kreatif di tengah COVID-19 yang mewabah saat perayaan Paskah 2020. Semangat itu sejalan dengan tema Paskah pada tahun ini, yaitu "Kebangkitan Kristus Membawa Harapan Baru".