Karanganyar, Gatra.com - Pemkab Karanganyar belum menemukan format tepat bantuan ke wirausaha untuk menggairahkan kembali bisnis kaki lima yang terdampak pemberlakuan physical distancing di ruas jalan protokol. Data sementara menyebutkan 786 pedagang kaki lima (PKL) tak berjualan dan 356 UKM nyaris gulung tikar.
Plt Kepala Dinas Perdagangan Tenaga Kerja Koperasi dan UKM Karanganyar, Martadi mengatakan pemberlakuan physical distancing di ruas jalan protokol itu pada sore sampai malam hari mematikan usaha para pedagang kuliner. Ruas jalan tersebut merupakan lahan bisnis para PKL di sejumlah titik seperti Taman Pancasila, Bank Jateng-KPU, Alun-alun malam, Alun-alun sabtu dan CFD, HI Tawangmangu, Sumur Bor Colomadu, Pujasera Cangakan dan Popongan, bronjong keliling dan Gondangrejo.
"Kami sudah mendata mereka yang terkena dampak ekonomi. Terutama bagi pelaku usaha kecil menengah. Paling kentara di Jalan Lawu yang ditutup sore sampai malam. Mereka yang berjualan boleh, tapi disarankan dibungkus saja makanannya. Sebab, pembeli tidak boleh berkerumun apalagi berkumpul untuk makan di tempat," kata Martadi kepada Gatra.com di Karanganyar, Sabtu (11/4).
Data tersebut potensial bertambah. Pemkab tak membatasi pendataan itu dari KTP. Artinya, warga luar kota yang berjualan di Karanganyar ikut terdata. Penggunaan datanya untuk mengusulkan perlakuan tepat bagi mereka supaya tetap bertahan di tengah krisis.
Bupati Karanganyar Juliyatmono memahami harapan para PKL segera bisa berjualan di lokasi-lokasi strategis itu. Menurutnya, kembali berjualan merupakan hal paling diharapkan, lebih dari sekadar bantuan keuangan.
"Modal mereka berangsur habis karena tidak berputar. Dipakai buat makan. Makanya sedang kita fikirkan format tepat untuk membuatnya kembali berdaya," katanya.
Sementara itu omzet pedagang kuliner di ruas Jalan Lawu merosot drastis usai pemberlakuan physical distancing. Penjual masakan padang sekitar, Hery mengatakan juga menutup warungnya setengah hari. Biasanya buka jam 07.30 WIB hingga 21.00 WIB. Setelah ditutupnya Jalan Lawu, ia buka dari pukul 07.30 WIB hingga 17.30 WIB saja. Walau kondisi sepi akibat pandemi corona, ia tidak serta merta merumahkan karyawan.
"Biasanya ada 100-an pembeli. Namun sekarang menjadi 50 pembeli. Perhari biasanya omzet sebesar Rp2,5 juta merosot menjadi Rp1 jutaan. Merosotnya terbilang jauh. Sore hari saya tutup untuk antisipasi karena adanya virus corona. Kami berdoa sebelum Ramadan virus tersebut tidak ada lagi sehingga kita bisa aktivitas normal kembali. Kasihan kami hanya rakyat kecil," tuturnya.