Semarang, Gatra.com - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo meminta masyarakat untuk tidak melupakan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Penyakit ini juga menjadi ancaman di tengah pandemi Covid-19.
"Masyarakat jangan melupakan bahaya penyakit DBD ditengah pandemi Corona, karena kasusnya juga banyak, dengan tingkat kematian yang cukup banyak," ujarnya, Jumat (10/3).
Ia menyebutkan, hingga akhir Maret 2020 tercatat 2115 kasus DBD di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah dengan jumlah kematian 40 kasus.
"Paling tinggi itu Cilacap dengan 216 kasus, yang meninggal ada 4. Kota Semarang 154 kasus dengan kematian 2 kasus. Lalu, Jepara 136 kasus yang meninggal 1. Banyumas 132 kasus yang meninggal 3. Klaten 131 kasus yang meninggal ada 3. Kebumen 124 kasus yang meninggal 4. Purbalingga 99 kasus yang meninggal 2. Brebes 87 kasus yang meninggal 2, " ujarnya.
Menurutnya, sebaran DBD yang merata di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah disebabkan oleh faktor musim penghujan dan kurang disiplinnya masyarakat memberantas sarang dan jentik nyamuk.
"Tidak ada daerah di Jawa Tengah yang luput dari serangan DBD. Semuanya kena, jadi jangan menyepelekan. Selain karena faktor musim penghujan Indonesia juga endemis penyakit DBD," ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk menghidupkan kembali gerakan 3 M dan pemberantasan jentik nyamuk baik di lingkungan rumah, kampus, atau kantor di tengah Pandemi Corona.
"Saya minta masyarakat untuk melakukan gerakan 3 M yakni: menguras, mengubur dan mendaur ulang barang bekas yang biasa di jadikan sarang nyamuk. Berantas jentik nyamuk. Jangan lengah karena Corona," ucapnya.
Diketahui, pada jumat (9/4) kasus positif Covid-19 di Jateng 144 pasien, kemudian yang meninggal 22 kasus, sementara yang sembuh baru mencapai 18 orang.