Karanganyar, Gatra.com - Penjualan daging ayam boiler saat ini mengalam penurunan, meski harganya terjun bebas. Hal itu disebabkan banyak usaha kuliner yang mati suri akibat pendemi virus korona.
Di Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar, para pedagang mengeluhkan sepinya penjualan daging ayam. Dari semula Rp45 ribu per ekor menjadi Rp 35 ribu per ekor. Secara eceran, ia menjualnya Rp27 ribu-Rp28 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp35 ribu per kilogram.
“Harga anjlok daging ayam sudah seminggu sampai 10 hari ini. Sedikit sekali yang membeli,” kata Sriyatun, pedagang daging ayam di Pasar Jungke kepada Gatra.com, Kamis (9/4).
Biasanya, seluruh dagangannya habis terjual. Namun, selama masa pendemi virus korona, penjualan makin sepi. Bahkan dari delapan ekor ayam yang ditawarkannya di lapak, belum satupun terjual sejak pagi sampai siang.
“Enggak ada orang hajatan. Jadi tidak belanja daging. Semua hajatan katanya berhenti,” katanya.
Agar tidak tambah rugi, ia mengolah abon dari daging ayam yang tidak laku namun masih segar. Tiap satu kilo daging paha dan dada dapat diolah menjadi setengah kilo abon.
Selain daging ayam turun harga, telur ayam juga mengalami kondisi serupa. Hanya saja penurunannya tidak signifikan.
Pedagang komoditas sembako di Pasar Jungke, Yanti (40) mengatakan, sekilo telur ayam dijual Rp22 ribu dari sebelumnya Rp 23 ribu.
“Dua hari ini harga telur ayam turun Rp 1.000 perkilo,” katanya.
Selain itu cabai rawit kriting juga turun harga Rp20 ribu perkilo dari biasanya Rp 25 ribu dan cabai rawit putih Rp14 ribu dari sebelumnya Rp 20 ribu perkilo. Kemudian bawang putih Rp35 ribu dari sebelumnya Rp40 ribu perkilo, lalu cabai sret Rp50 ribu dari sebelumnya Rp 60 ribu.
Namun demikian sejumlah komoditas lain lebih mahal seperti bawang merah Rp45 ribu dari sebelumnya Rp40 ribu. Sedangkan minyak goreng curah naik Rp1.000 menjadi Rp12.000 perliter.
“Saya kehilangan pelanggan sampai separuh. Mereka itu pedagang warungan dan PKL yang kini diliburkan. Pelanggan juga pemilik kantin sekolah, yang juga diliburkan. Praktis sekarang hanya pembeli rumah tangga saja,” katanya.
Ia tak berani menyetok dagangan banyak-banyak. Kondisi seperti ini berkebalikan jelang ramadan tahun lalu, dimana margin yang diperolehnya berlipat ganda.
“Mau ramadan tahun kemarin banyak yang membeli. Sekarang separuh dari hari biasa saja tidak sampai,” katanya.
Plt Kepala Dinas Perdagangan Tenaga Kerja Koperasi dan UKM Karanganyar, Martadi mengatakan bisnis para pedagang di pasar tradisional lebih baik dibanding pelaku usaha kuliner di warungan yang kini sepi.
“Setidaknya di pasar tradisional masih dikunjungi. Para pembeli di warung makan langsung beli di pasar dan memasak di rumah. Terkait daging ayam yang tidak laku karena UMKM sedang sepi-sepinya,” katanya.