Jakarta, Gatra.com – Bank Indonesia mencatat, selama periode penyebaran virus Corona atau Covid-19, yakni sejak 20 Januari hingga 1 April, dana asing yang keluar dari Indonesia atau outflow mencapai Rp171,6 triliun. Dana keluar berasal dari Surat Berharga Negara (SBN) yang dilepaskan oleh investor asing sebanyak Rp157,37 triliun. Sedangkan sisanya berasal dari saham sebesar Rp 13,26 triliun.
Menurut penjelasan Gubernur BI Perry Warjiyo, dana asing keluar disebabkan oleh semakin meningkatnya eskalasi Covid-19 di Tanah Air. Tidak hanya pasien positif Covid-19, namun juga korban meninggal karena virus semakin bertambah setiap harinya, membuat investor panik.
“Ini yang kemudian investor global juga melihat, bahwa peningkatan eskalasi kasus positif di Indonesia. Nah dua hal ini, kepanikan investor global dan meningkatnya kasus positif di Indonesia selama bulan maret ini, yang kemudian menimbulkan gelombang cap Outflows dari Indonesia,” ujar dia dalam rapat kerja bersama DPR RI, Senin (6/4).
Kondisi itu lah yang pada akhirnya membuat nilai tukar rupiah melemah. Selama Maret saja, rupiah mengalami perlemahan sebesar 12,03 poin to poin, atau terkontraksi hingga 9,3 persen (month to month/mtm) dari bulan sebelumnya.
Perry mengakui, selama bulan Maret, nilai tukar rupiah terus melemah. Meski sejak Februari hingga Maret, BI telah melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah di pasar uang. Baik dengan intervensi di pasar spot, domestic non-delivery forward (DNDF), maupun melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
“Meskipun BI dalam bulan februari ke bulan maret ini melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah, baik di spot, DNDF, atau di pembelian SBN dari paar sekunder,” ujar dia.
Kendati demikian, sejak minggu ke empat Maret, lanjut Perry, rupiah berangsur-angsur stabil. Bahkan, beberapa waktu terkahir, rupiah diperdagangkan di level Rp16.400 – Rp16.500 per dolar Amerika Serikat.
“Dengan demikian, memang ini yang tadi kami garis bawahi, tentang pentingnya langkah-langkah untuk mitigasi dampak Covid-19, karena ini adalah salah satu permasalahannya, dampaknya terhadap ekonomi,” ucap dia.