Bandung, Gatra.com - Rumah sakit umum daerah (RSUD) Cililin Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat menyatakan, ketiga bocah yang terpaksa diisolasi karena keluarganya positif Covid-19, saat ini kondisinya mulai membaik. Selain alasan medis, pertimbangan sosial jadi pertimbangan ketiga bocah tersebut harus diisolasi.
Ketiga bocah yang masing-masing berusia 12 tahun, 7 tahun, dan 4 tahun itu terpaksa bermalam di RSUD Cililin lantaran sang ayah (40), ibu (62), dan neneknya (70) positif terpapar Coronavirus. Saat ini sang ayah tengah diisolasi di RS Hasan Sadikin. Sementara ibu dan neneknya, diisolasi di RSUD Cililin.
Dirut RSUD Cililin, dr. Ahmad Oktorudy mengatakan berdasarkan hasil rapid tes, nenek, ibu, dan anak berusia 4 tahun dinyatakan positif. Sementara, dua anak lainya negatif.
Meski begitu, Okto memutuskan ketiga bocah tersebut diisolasi di rumah sakit, mengingat ada penolakan dari masyarakat untuk diisolasi mandiri di rumahnya.
"Kita telah koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan bupati. Satu sisi kita pertimbangkan sisi medis untuk mengisolasi di rumah. Tapi ada pertimbangan sosial karena ada masyarakat keberatan, jadi kita isolasi di rumah sakit," kata Okto, Senin (6/4).
Sebetulnya, sebuah video tiga bocah tersebut viral di sosial media. Video berdurasi 15 detik itu beredar di twitter dan instagram. Tampak tiga orang anak kecil masuk ke RSUD Cililin, Kabupaten Bandung Barat, menenteng keresek hitam yang berisi perlengkapan menginap di ruang isolasi.
Okto menjelaskan, setelah dipertemukan dengan keluarga mereka keadaan pasien tersebut mulai membaik. Pihak rumah sakit siang ini akan melakukan pemeriksaan lanjutan dengan tes swab.
"Mereka senang banget, keadaannya mulai membaik. Mentalnya bagus, sehingga imunnya juga bagus. Ibu dan neneknya juga bagus sudah tidak sesak dan batuk lagi. Ketiga anaknya, juga nampak tidak ada perburukan," ujarnya.
Saat ini RSUD Cililin memiliki ruang isolasi dengan 9 tempat tidur dengan jumlah 400 tenaga medis dan non medis. Pihak rumah sakit belum bisa menerima kembali perawatan pasien berstatus PDP karena keterbatasan tenaga medis dan jumlah tempat tidur.
"Lima bed sudah terisi. Kita tidak menerima pasien lagi. Untuk Covid-19 memang kita perlu tenaga ekstra lagi, penambahan 7 dokter lagi, 25 perawat, dan kelengkapan lainnya. Apalagi kita bukan RS rujukan Covid-19," ujarnya.