Karanganyar, Gatra.com - Isolasi mandiri bagi pemudik dinilai lebih efektif mengurangi risiko penyebaran virus covid-19. Para tetangga dan lingkungan memiliki peran penting membatasi aktivitas para perantau itu.
"Sanksi sosialnya sampai disuruh pergi meninggalkan kampung. Itu benar. Lingkungannya mengawasai dan mendata. Mereka juga takut para pemudik yang bebas berkeliaran, justru menjadi carrier penyebaran virus," kata Bupati Karanganyar, Juliyatmono kepada wartawan di rumah dinasnya, Senin (6/4).
Pemkab sendiri tidak akan membuat fasilitas karantina pemudik karena dinilai tidak efektif dan membahayakan kesehatan.
Menurut Juliyatmono, sulit membendung kedatangan para pemudik. Hingga 3 April 2020, jumlah pemudik masuk ke kampung halamannya di berbagai kecamatan di Karanganyar mencapai 9.395 jiwa. Mayoritas bertempat tinggal di Kecamatan Jatiyoso sekitar 3.500 jiwa. Mereka pulang kampung lantaran sulit mempertahankan kerja di masa pendemi Coronavirus.
Bupati mengatakan keluarga para pemudik diharapkan menyiapkan semua kebutuhan isolasi mandiri.
"Ternyata saat pulang, sudah disiapkan kamarnya. Siang hari berjemur. Lalu pihak puskesmas mengawasi dengan cara menanyakan dimana keberadaan dan apa aktivitasnya via telepon. Sampai kemarin, cara ini berjalan bagus dan pemudik masih survive. Bekal mereka masih cukup," jelasnya.
Para pemudik tak hanya dipantau puskesmas. Namun juga didatangi Babinsa maupun Babinkamtibmas.
"Masyarakat harus menyadari pentingnya pemudik isolasi mandiriselama 14 hari,"jelasnya.
Sementara itu data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar menyebutkan orang dalam pemantauan (ODP) mencapai 811 jiwa. Sedangkan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 18 orang. Adapun positif terjangkit korona nihil.