Semarang, Gatra.com – Coronavirus disease (covid-19) telah meluluhlantakkan ekonomi di Indonesia. Sektor yang terdampak salah satunya adalah perhotelan dan restoran.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng, Benk Mintosih mengatakan, Pandemi Covid-19 sudah membuat pengusaha kelimpungan. Pasalnya sudah sekitar 1 bulan, penghasilan bisnis usaha perhotelan dan restoran menurun hingga 90%.
“Sekitar 10an lebih hotel memilih tutup dan merumahkan karyawannya dulu, ini juga langkah bijaksana, kalau pengusaha tidak bisa survive, bagaimana bisa bayar operasionalnya?,” katanya saat dihubungi Gatra.com, Jumat (3/4).
Menurutnya, selain gaji karyawan, operasional hotel dan restoran yang harus dipenuhi setiap bulan adalah listrik, air, iuarn BPJS, dan pajak. Ia berharap, Pemerintah pusat dan daerah harus juga memikirkan pengusaha, supaya juga bisa survive ditengah menghadapi Covid-19.
“Kalau pajak, dari Pemkot Semarang sudah ambil kebijakan, yaitu diberi keringanan. Kalau PLN belum, PDAM dan BPJS juga belum,” ucapnya.
Benk mengatakan, sebagian pengusaha perhotelan biasanya punya spare keuangan sekitar 2 bulan untuk bisa bertahan. Namun, saat ini sudah masuk bulan kedua, dan tidak menutup kemungkinan perhotelan akan merumahkan karyawannya.
“Jika sampai akhir April situasi masih seperti ini, paling yang bisa bertahan berdiri hanya beberapa, itu saja karena ownernya emang kuat, ini hitungan matematikanya. Tutup sementara adalah solusi. Sudah tidak ada lagi pemasukan,” ucapnya.
Diketahui, Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 mencatat adanya penambahan kasus positif mencapai 1.790 pada Kamis (2/4). Jawa Tengah Kasus positif terinfeksi Covid-19 mencapai 104, pasien meninggal terdapat 7 kasus, namun 8 pasien sudah dinyatakan sembuh dari virus Corona.