London, Gatra.com – Sebuah jejak pendapat di Inggris menyebut lebih dari setengah warga Inggris menilai langkah pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson terlalu lambat untuk memerintahkan penutupan guna melawan penyebaran virus corona sejak awal.
Dikutip Reuters, Kamis (2/4), jajak pendapat dikeluarkan Ipsos MORI pada Kamis itu dilakukan secara online sejak 27 dan 30 Maret, dan menunjukkan ada 56 persen responden percaya bahwa langkah-langkah penjagaan sosial oleh pemerintah sudah terlambat, dibandingkan hanya 4 persen yang merasa pemerintah sudah tepat.
Ketika itu pemerintahan Johnson memerintahkan bar, restoran, gimnasium dan bisnis lainnya tutup baru pada 20 Maret, setelah pemerintah Eropa lainnya mengambil langkah serupa, dengan pertimbangan ekonomi yang bisa saja terjerumus lebih dalam.
Akibatnya hingga hari Kamis peningkatan jumlah penderita corona semakin bertambah setiap harinya atau jumlah kematin di Inggris naik 24 persen menjadi total2.921, lebih sedikit daripada di Italia, Spanyol dan Prancis namun masih lebih banyak dari di Jerman.
Johnson juga menghadapi kritik tentang menggunaa uji COVID-19 yang lambat, diterapkan kepada mereka yang dicurigai terinfeksi virus.
Jajak pendapat Ipsos MORI menunjukkan 79 persen responden mengatakan bahwa mereka tidak akan meninggalkan rumah mereka, atau naik dari 50 persen sebelum pemerintah melakukan penguncian alias lockdown. Ipsos MORI mengatakan pihaknya mewawancarai 1.072 orang dewasa Inggris berusia 18-75 tahun.
Sebuah jajak pendapat terpisah pada hari Kamis memberikan gambaran opini publik yang lebih optimis tentang pemerintahan Johnson.
Perusahaan polling YouGov menganggap langkah pemerintah masih lebih baik untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade, dengan angka 52 persen warga Inggris menyetujui rekornya dibandingkan dengan 26 persen yang tidak setuju.
Dalam masa krisis, publik sering percaya persatuan nasional itu penting.