IOC dan Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk menunda pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020. Bagi atlet yang belum lolos kualifikasi menjadi peluang besar. Namun, keputusan penundaan belum diikuti dengan aturan main baru terkait kualifikasi limit Olimpiade.
Pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020 resmi diundur.Ketua Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, dan Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, pada Selasa pekan lalu mengumumkan bahwa pesta olahraga akbar yang rencananya digelar di Tokyo pada 24 Juli sampai 9 Agustus ini resmi ditunda hingga 2021.
Sejarah pun mencatat. Selama kurang lebih 124 tahun, baru kali ini Olimpiade ditunda. Penyebabnya adalah Itu pandemi Covid-19. Pada tahun 1916, 1940, dan 1944, olimpiade memang pernah tidak diselenggarakan. Namun bukan diundur pelaksanaannya, melainkan dibatalkan karena kecamuk perang dunia.
Keputusan Abe dan Bach dinilai sangat tepat. Sebab, satu hari setelah pengumuman penundaan itu, ada peningkatan jumlah kasus positif corona di Tokyo. Dari 16 kasus pada pekan sebelumnya, naik menjadi 41 kasus. Para pakar pun melihat peningkatan kasus-kasus yang tidak terlacak di wilayah Tokyo, Osaka, dan daerah perkotaan lainnya.
Abe, seperti dilansir Voice of America, mengatakan bahwa Jepang berada di ambang lonjakan besar kasus COVID-19 karena semakin sulit melacak warga yang tertular dan mengontrol pusat-pusat penyebarannya. Ia pun menilai jika tidak ada perlambatan jumlah kasus baru, Jepang bukan tidak mungkin mengalami situasi buruk seperti yang dihadapi AS atau Eropa.
"Negeri Matahari Terbit" ini pun mulai menutup diri dari wisatawan dari berbagai negara, termasuk asal Indonesia, sejak 28 Maret lalu hingga April 2020. KBRI Tokyo melalui akun Instagram-nya memberitahukan bahwa kondisi di Jepang per Jumat pekan lalu terdapat penambahan 101 pasien positif corona, sehingga menjadi 1.402 orang dengan jumlah pasien meninggal sebanyak 45 jiwa.
***
Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 tentunya memberikan banyak dampak bagi semua cabang olahraga. Cabang olahraga (cabor) atletik, misalnya, hingga kini masih menunggu keputusan World Athletics (WA) untuk memutuskan langkah apa yang akan diambil kepada mereka yang belum lolos namun menjadi prioritas untuk ikut dalam ajang dunia tersebut.
"Kita masih menunggu penerapan sistem kualifikasi dengan adanya pengunduran satu tahun ini. Tapi yang sudah diputuskan oleh WA, yang sudah lolos ya tetap lolos," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) PB PASI, Tigor Tanjung, saat dihubungi Muhammad Guruh Nuary dari Gatra.
Berdasarkan jadwal, masa kualifikasi berakhir pada Juni 2020. Tigor yakin, pihak WA juga pastinya akan berkonsultasi dengan IOC mengenai kelanjutan kualifikasi tersebut. "Kalau untuk PB PASI, ya kita kan kehilangan kesempatan misalnya kita tidak jadi uji coba yang sudah direncanakan baik di Cina, di Australia, enggak jadi," ia memaparkan.
Mestinya, kata Tigor, kalau tidak ada wabah COVID-19, Zohri yang sudah dipastikan lolos kualifikasi Olimpiade akan melakukan beberapa kali uji coba untuk persiapan dan kematangan diri. Beberapa atlet lain yang juga menjadi proyeksi utama bisa lolos ke Olimpiade akan diikutkan dengan beberapa perlombaan hingga bulan Juni. Namun, semua itu gagal karena wabah ini belum mereda.
Kemudian, PB PASI juga telah mengambil tindakan cepat dengan memulangkan para atlet sejak dua minggu lalu semenjak wabah COVID-19 ini semakin menjalar. "Tentunya dengan harapan mereka bisa berlatih di daerah," kata Tigor.
Sapwaturrahman Sanapiah Arsyad, atlet cabang lompat jauh yang menjadi salah satu prioritas di Olimpiade, menyebut pengunduran pesta olahraga terbesar sejagat itu sebagai sebuah keuntungan. "Persiapannya lebih banyak, bisa lebih matang juga," tutur pria yang akrab disapa Sapwa itu kepada Gatra.
Apalagi, Sapwa kini sedang mengalami cedera dan dalam proses pemulihan di kampung halamannya di Lombok, Nusa Tenggara Barat. "Cedera kecil, enggak ganggu latihan," ia menjelaskan.
Cabang bulu tangkis juga menunggu kejelasan program kualifikasi. Menurut Kepala Bidang Pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Susy Susanti, pilihannya antara tetap menyelesaikan kualifikasi hingga April sesuai dengan jadwal, atau mengulang semua kualifikasi pada tahun depan, "Sampai sekarang masih belum ada informasi lebih lanjut. Baru ada informasi penundaan untuk ke 2021," kata Susy saat dihubungi wartawan Gatra Muhammad Almer Sidqi, Sabtu pekan lalu.
Lalu, terkait dengan penundaan itu dan adanya wabah virus corona, PBSI secara resmi telah diliburkan pada 26 Maret lalu. Namun, para atlet masih menetap di asrama dan beraktivitas. "Tetap ada latihan untuk menjaga kondisi supaya tidak kedodoran," Susy menambahkan.
Semua atlet pelatnas PBSI dikarantina. Program latihan yang dilaksanakan para atlet bukan program pencapaian target, melainkan hanya untuk menjaga performa. Menurut Susy, untuk bulu tangkis tidak mungkin diliburkan dalam waktu yang panjang. Para atlet harus tetap berlatih dan tetap bugar.
Namun, pihak pengurus memberikan kebebasan bagi para atlet untuk menetap di asrama atau tidak. Beberapa atlet yang sudah berumah tangga, misalnya, tetap melakukan karantina secara mandiri di rumah masing-masing. Konsumsi dan kebutuhan para atlet pun tetap ditanggung pengurus. "Yang di asrama kebanyakan berasal dari luar kota, dan masih single. Mungkin mereka merasa lebih safe di asrama," ia menambahkan. Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora), Gatot Sulistiantoro Dewa Broto, mengatakan bahwa Kemenpora mendukung sepenuhnya penundaan tersebut. Nantinya, event Olimpiade akan digabung dengan Paralimpic. Sehingga tahun depan akan bernama Olympic and Paralympic Games Tokyo 2021.
Gatot berharap Komite Olimpiade Indonesia (NOC) dan Komite Paralimpiade Indonesia (NPC) dan seluruh pimpinan cabor serta para atlet yang sudah lama melakukan persiapan dapat memahami keputusan penundaan tersebut. "Karena penundaan ini tidak hanya berdampak pada Indonesia, tetapi juga seluruh negara di dunia. Apalagi kerepotannya Pemerintah Jepang," katanya kepada Wahyu Wachid Anshory dari Gatra.
Ke depan, Kemenpora bersama NOC dan NPC akan segera me-review ulang kebutuhan anggaran yang tersedia, sebab saat ini pemerintah sedang fokus pada penanganan pencegahan penyebaran COVID-19 di Indonesia.
Gandhi Achmad