Karanganyar, Gatra.com - Pelaku usaha mandiri didorong berinovasi dalam mencari alternatif bisnis di tengah-tengah kesulitan ekonomi. Berbagai usaha UMKM meredup akibat dampak virus corona yang mewabah.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar, Titis Sri Jawoto mengakui nilai transaksi di kalangan UMKM merosot tajam di masa tanggap darurat virus corona. Jual beli secara konvensional tak lagi bisa dilakukan. Hal itu dipengaruhi penutupan seluruh obyek wisata yang dikelola Pemkab Karanganyar.
Padahal operasional obyek wisata memicu geliat positif UMKM di sekitarnya seperti kuliner, jasa, pariwisata dan perdagangan. Secercah harapan muncul dari jaringan para pelaku usaha dengan gerakan Beli Karanganyar. Gerakan ini diinisiasi The International Council for Small Business (ICSB) Karanganyar, di mana produk anggota dibeli anggota lain begitu seterusnya. Cara ini berusaha menjaga margin tetap aman.
"Misalnya saya punya produk tertentu. Karena tidak laku, maka ditawarkan ke anggota ICSB dalam grub percakapan online. Anggota ICSB mencapai ratusan pengusaha. Tentu ada yang berminat. Sebagai timbal balik, ia menyediakan kebutuhan apa saja yang dibutuhkan pembeli itu. Jual beli dan pengirimannya via online maupun offline. Dari gerakan ini, minimal bisa bertahan bersama-sama," katanya kepada Gatra.com di ruang kerjanya, Rabu (1/4).
Ia menyebut, produk makanan kecil Sijarwo asal Jatiyoso merupakan salah satu UMKM yang masih bertahan. Sistem penjualan dalam jaringan mendukung usaha itu. Pemilik Sijarwo yang juga anggota ICSB berkewajiban ikut menawarkan produk anggota lainnya ke pelanggan.
Dikatakannya, dampak wabah melecut semangat para pengusaha lebih kreatif. Seperti memperbaiki kemasan produknya dengan konsep higienis.