Purbalingga, Gatra.com - Puluhan penjahit asal Desa Sumampir, Kecamatan Rembang, Purbalingga memproduksi ribuan masker non medis untuk dibagikan kepada warga setempat. Digerakkan oleh pemuda desa, para penjahit di Kampung Penjahit ini menyumbangkan ketrampilannya untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan mereka tinggal.
Koordinator pembuatan masker, Ina Farida (33) mengatakan, gerakan sosial ini dimulai karena warga menyadari mayoritas penduduk Desa Sumampir adalah perantau. Artinya, potensi penyebaran virus Covid-19 ini sangat besar.
"Ide awalnya dari perbincangan iseng dengan para pemuda. Harga masker beli di luar harganya mahal, Rp 10.000 sampai Rp 15.000. Obrolan itu berlanjut dengan mengumpulkan donasi sejak Rabu (24/3). Ternyata banyak yang mendukung. Setelah itu kita hubungi para penjahit," katanya, Senin (30/3).
Dari hasil donasi, kata Ina, terkumpul dana Rp 5,6 juta. Masing-masing warga itu berbagi sesuai kemampuan mereka, mulai dari Rp 10 ribu, Rp 20 ribu, Rp 50 ribu sampai paling banyak Rp 500 ribu. Dana terkumpul itu digunakan untuk membeli bahan kain.
Ina menuturkan, para penjahit ini membagi diri dalam dua kelompok. Sebagian memotong kain, sebagian menjahit. Kurang lebih ada 40 orang penjahit yang terlibat. Tim pemotong bahan berisi 5 orang, penjahit 20 orang sisanya mengkoordinasikan.
"Semuanya itu dilakukan dengan sukarela tanpa ada yang dibayar, karena jiwa mereka terpanggil dengan adanya pandemi ini," katanya.
Ina mengaku menargetkan mampu membuat sekitar 6.000 helai masker kain. Namun, hingga saat ini sudah jadi baru sekitar 1.000 helai.
Jumlah tersebut kata dia, belum mencukupi kebutuhan. Pasalnya jumlah warga Desa Sumampir kurang lebih sebanyak 11.000 jiwa.
"Target kami setidaknya setiap rumah punya persedian masker. Nantinya di kemasan masker ini kami sertakan pula sosialisasi pencegahan penularan virus Corona," katanya.
Salah satu penjahit Afita Sari (29), menuturkan, 50% warga Desa Sumampir bekerja menjual jasa menjahit sprei, korden dan kelambu sejak puluhan tahun lalu.
"Saya cuma bisa menjahit, jadi kemampun ini yang bisa saya sumbangkan," kata Afita.
Dia mengatakan kegiatan sosial ini sebetulnya tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Sebab ia menganggur semenjak wabah Corona merebak dimana-mana. Dalam sehari, Afita mampu memproduksi 3 lusin masker.