Pekanbaru, Gatra.com - "Apa betul jumlah pasien positif Corona di Riau masih 1? ". Pertanyaan skeptis itu muncul dari Tria (32) seorang karyawan perusahaan plat merah. Belakangan ini dia dan sejumlah ibu muda lainya di Riau mencermati perkembangan virus Corona dengan penuh kekhawatiran akan hal buruk menerpa keluarganya.
Tria melontarkan pertanyaan itu setelah dia mencermati perkembangan virus Corona di sejumlah provinsi yang berdekatan dengan Riau. Pada Jum'at (27/3) Provinsi Sumatera Barat mencatat 5 pasien positif Corona, Kepulauan Riau 5 pasien positif dengan 1 pasien meninggal. Sedangkan Sumatera Utara didapati 8 pasien positif dengan 1 orang meninggal.
Hal senada juga diutarakan Sukarman (33). Pemilik usaha warung kopi itu mengaku pengunjung tempat usahanya kian bekurang, setelah kabar mengenai pasien positif Corona semakin bermunculan di Sumatera. Karman, menyebut informasi mengenai jumlah pasien Corona di Riau yang masih 1, tidak cukup membuat aman para pengunjung.
"Memang sudah ada himbauan agar mengurangi aktivitas kerumunan. Tapi di Riau kan katanya masih 1 pasien, cuma orang sepertinya menanggapi sudah lebih dari itu," imbuhnya. Tria dan Sukarman hanya satu dari sekian warga banyak warga Kota Bertuah yang mulai meragukan kabar dari pemerintah setempat.
Keraguan akan kabar yang diucapkan pemerintah Riau ada dasarnya. Sebab, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) virus Corona di Riau telah mencapai ribuan orang. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Riau hingga Sabtu siang (28/3), jumlah ODP di Provinsi Riau sebanyak 5.436 orang. Dari jumlah tersebut baru 57 orang yang selesai melakukan tahapan pemantauan. Sedangkan jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) tercatat 75 orang.
Selain perkembangan ODP yang merisaukan itu, kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di Provinsi Riau juga mengkawatirkan. Hingga kini belum ada data yang bisa dipercaya mengenai total ruang isolasi yang disiagakan seluruh rumah sakit (negeri/swasta) yang menjadi rujukan penanganan virus Corona. Pun begitu belum ada informasi mengenai jumlah tenaga kesehatan yang dikerahkan pemerintah setempat.
Bukan hanya itu, Dinas Kesehatan Provinsi Riau lebih dari sekali melontarkan sanggahan terkait informasi dari Kementrian Kesehatan tentang bertambahnya jumlah pasien positif Corona di Riau.
Dosen ilmu pemerintahan Universitas Riau, Tito Handoko, menilai munculnya keraguan dari publik terhadap informasi yang diberikan pemerintah daerah merupakan konsekuensi atas gesture yang disugukan pemerintah saat merespon virus Corona.
"Publik tentu menilai cara pemerintah menanggulangi virus Corona. Penilaian itu bisa berujung pada gagapnya pemerintah mengatasi Virus Corona, atau kurang transparanya pemerintah," sebutnya.
Sementara itu ketika di konfirmasi, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir, memilih enggan bicara.
Sebagai informasi peningkatan kasus postif Corona di sebuah wilayah seringkali berujung pada desakan untuk membatasi ruang gerak, hingga berujung lockdown. Terkait hal ini, Wakil Ketua KADIN Riau, Viator Butar-Butar, menilai opsi tersebut sangat riskan diterapkan di Riau. Menurut Viator jika lockdown menjadi pilihan, maka efek ekonominya tidak hanya dirasakan Riau.
"Perekonomian Riau ini bergantung kepada sejumlah sektor komoditi, seperti Kelapa Sawit. Nah, kalau sektor ini terganggu, itu efeknya juga bakal dirasakan nasional."
Hingga kini Riau masih memikul status provinsi dengan luas kebun sawit terbesar di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) menaksir luasan kebun Sawit di Riau pada tahun 2018 mencapai 2,74 juta hektar dengan total produksi sebanyak 8,59 juta ton. Lahan Sawit di provinsi ini meningkat dari 2,21 juta hektar tahun 2017 menjadi 2,74 juta hektar pada tahun 2018. Sebagai informasi produksi sawit Indonesia pada tahun 2018 mencapai 49 juta ton.