Tegal, Gatra.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal, Jawa Tengah akan memberlakukan local lockdown atau karantina wilayah lokal selama empat bulan mulai Senin (30/3). Para pedagang mengeluhkan pendapatan yang berkurang karena kebijakan tersebut.
Dampak ekonomi kebijakan local lockdown paling terasa di kawasan alun-alun. Kawasan publik yang biasanya selalu ramai oleh pedagang kaki lima (PKL) itu tampak lebih sepi. Seratusan PKL yang biasanya berjualan kini hanya menyisakan tak sampai lima PKL. Warga juga tak banyak beraktivitas di tempat umum tersebut.
Kondisi tersebut merupakan dampak dari kebijakan local lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona yang sudah diberlakukan Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono mulai 22 Maret hingga 29 Maret.
Dalam pemberlakuannya, sejumlah jalan menuju kawasan alun-alun ditutup menggunakan water barrier. Selain itu, lampu-lampu penerangan di alun-alun dan sejumlah ruas jalan di sekitarnya juga dimatikan sehingga saat malam hari kondisinya gelap gulita.
Rencananya, kebijakan tersebut akan diperpanjang hingga 30 Juli 2020 mendatang menyusul adanya kasus pertama positif Covid-19. Tak hanya akses jalan di kawasan alun-alun yang ditutup, sekitar 50 titik jalan di perbatasan Kota Tegal dan daerah lain juga akan ditutup. Bahkan penutupannya tak lagi menggunakan water barrier, tapi menggunakan beton.
Salah satu pedagang minuman dan makanan ringan yang biasa berjualan di Alun-alun Kota Tegal, Taroso (31) mengatakan, penutupan jalan ke kawasan alun-alun membuat pendapatannya menurun dratis.
"Sudah empat hari penurunan pendapatan banyak sekali. Pas belum ditutup sehari bisa Rp400 ribu sampai Rp500 ribu. Sekarang Rp50 ribu aja belum dapat," kata Taroso, Jumat (27/3).
Sebelum diberlakukan local lockdown, Taroso biasanya berjualan mulai pukul 07.00 WIB hingga 22.00 WIB. Kini warga Kelurahan Mangkukusuman, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal itu hanya bisa berjualan sampai pukul 17.00 WIB saja.
"Sekarang jam lima sore sudah pulang karena kalau malam sudah gelap sekali seperti kuburan. Kalau ada orang yang kumpul juga disuruh bubar," ucapnya.
Taroso pun tak setuju dengan pemberlakuan local lockdown. Menurutnya, kebijakan itu merugikan pedagang kecil seperti dirinya.
"Kalau terus seperti ini penghasilan kurang, pemasukan untuk belanja tidak ada, orang jualan sepi semua karena tidak ada yang beli tidak ada, akhirnya ekonomi bisa mati," ujarnya.
Tak hanya para PKL yang terdampak local lockdown, sejumlah toko di kawasan alun-alun pun ikut terimbas kebijakan tersebut. Sejumlah toko terlihat sudah tutup. Sedangkan toko yang masih buka sepi pembeli.
"Sudah tiga hari ini ada empat toko yang tutup. Mungkin karena jalan ditutup, sepi, tidak ada orang lewat. Biasanya hari-hari biasa buka," kata Guntur (53), pembuat plat nomor yang biasa mangkal di sekitar alun-alun, Jumat (27/3).