Pati, Gatra.com - Di tengah menghadapi covid-19, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Pati, Jawa Tengah meningkat siginifikan di awal tahun 2020. Bahkan, satu pasien tercatat meninggal dunia belum lama ini.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DKK Pati, Joko mengatakan, dari awal Januari-Februari tercatat ada sebanyak 137 laporan yang masuk. Hanya saja dari jumlah tersebut yang positif DBD adalah 29 jiwa. Kemudian, Demam Dengue (DD) sejumlah 21 pasien dan Dengue Syok Sindrom (DSS) yakni lima orang.
"Kalau kita lihat grafiknya dari Januari-Desember 2019 mengalami peningkatan tapi tidak tajam, Desember saja cuma 10 orang. Namun Januari-Fabruari 2020 ada peningkatan yang signifikan," ujarnya saat ditemui Gatra.com di ruangannya, Selasa (24/3).
Menyusutnya jumlah pasien positif dengan laporan kasus, disebutkannya memang biasa terjadi. Mengingat, gejala DBD dengan penyakit sejenis seperti cikungunya cenderung sama.
"Seperlima dari yang dilaporkan memang biasanya. Khusus untuk tahun ini yang di ICU ada lima pasien dan satu meninggal dunia," ungkapnya.
Selain menghadapi virus corona, ia melanjutkan, Kabupaten Pati saat ini berhadapan dengan demam berdarah. Untuk itu pihaknya meminta kepada masyarakat khususnya untuk mengaplikasikan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sebagai lini pertama pencegahan.
"Kecuali virus corona, demam berdarah tidak mau tersaingi dalam tanda kutip, meningkat tapi masih terkendali. Kalau wabah corona kan sudah nasional, kalau ini penanganannya masih diserahkan ke dinas masing-masing," tuturnya.
Joko menilai, baik covid-19 maupun DBD sama-sama mematikan. Penyebabnya pun cenderung sama yakni virus. Hanya saja yang membedakan adalah cara penularannya saja, yang satu dari manusia ke manusia, yang satunya dari hewan.
"Virus itu dari dulu tidak ada obatnya. DBD tidak ada obatya, ditambah cairan saja di rumah sakit untuk menaikkan daya tahan, vitamin dan cairan cukup, tidak dehidrasi, harapannya setelah 14 hari virusnya hilang," paparnya.
Ditambahkan, "Artinya kita punya kekebalan tubuh. Harusnya corona kedepannya seperti itu, sehingga tidak menjadi momok."