Perdana Menteri baru Irak, Adnan al-Zurfi, ditudung sebagai antek AS. Parlemen berpotensi menolak kabinetnya.
Presiden Barham Saleh mengumumkan Adnan al-Zurfi sebagai Perdana Menteri Irak yang baru pada Selasa pekan lalu. Penunjukan terhadap Zurfi dilakukan setelah partai-partai besar di parlemen Irak menolak jabatan perdana nenteri jatuh ke tangan Adel Abdul Mahdi; dan penggantinya, Mohammed Allawi, juga mengundurkan diri di awal Maret 2020.
Presiden Barham Saleh harus lekas menunjuk Perdana Menteri baru dengan segera lantaran tekanan masalah domestik terkait meruaknya virus corona di Irak. Otoritas kesehatan Irak menyebut sebanyak 214 kasus COVID-19 dan 17 kematian (per 22 Maret 2020). Menurut Perwakilan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Jeanine Hennis-Plasschaert, “Menghadapi ketidakpastian keamanan, politik, ekonomi, dan krisis kesehatan, Irak sangat membutuhkan sosok kandidat yang efektif.”
Masalahnya jadi runyam karena Zurfi selaku perdana menteri baru, dinilai sebagai "orang titipan" Amerika Serikat (AS).
Zurfi, 54 tahun, sebelumnya pernah menjabat sebagai Gubernur Najaf, provinsi yang banyak dihuni oleh kelompok Syiah, pada 2004 dan 2015. Namanya muncul pertama kali sebagai kandidat Perdana Menteri yang diusung AS sebagai Pemerintah Koalisi Sementara Irak pasca0invasi pasukan AS melengserkan Saddam Hussein.
Presiden Barham Saleh berharap, Zurfi sukses dalam menjalankan tugasnya melaksanakan pemilu yang adil dan mampu meredakan aksi protes rakyat. Zurfi harus bisa menaklukkan kekuatan kelompok berkuasa Syiah dan pengunjuk rasa yang telah berkemah sejak beberapa bulan belakangan menuntut adanya perbaikan politik di Irak.
Berdasarkan konstitusi yang berlaku di Irak, Zurfi punya waktu 30 hari untuk menyodorkan nama kabinet dan mendapat persetujuan parlemen. Namun, Zurfi tampaknya harus bekerja keras meyakinkan parlemen di mana partai-partai afiliasi Syiah dikabarkan tak setuju dengan nama-nama bakal menteri yang disodorkan. "Zurfi bakal menghadapi perlawanan di dalam parlemen. Dia akan butuh keajaiban untuk bisa meloloskan pemerintahannya," ujar salah satu anggota parlemen dari Syiah seperti dilaporkan oleh Reuters.
Rakyat Irak sejak tahun lalu terjun ke jalan-jalan di ibu kota, Baghdad. Banyak dari mereka yang datang dari Irak bagian Selatan dan ikut aksi mengekspresikan kemarahannya. Alasan mereka karena masih banyak persoalan di Irak yang belum menunjukkan perbaikan seperti masih tingginya korupsi, tingginya angka pengangguran, pelayanan publik yang carut marut dan intervensi asing terhadap minyak Irak.
Lebih dari 500 demonstran tertembak mati oleh aparat keamanan dan penembak tak dikenal selama kerusuhan. Ribuan lainnya juga terluka karena aksi tersebut.
***
Zurfi merupakan nama kedua yang diumumkan oleh Presiden Barham Saleh, menggantikan Adel Abdul Mahdi yang mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri pada November 2019 saat terjadi aksi besar-besaran antipemrintah.
Mahdi kemudian digantikan oleh Mohammed Allawi, yang pada 1 Maret juga menyerahkan jabatannya setelah parlemen menolak daftar kabinetnya. Allawi sempat mengomentari putusan parlemen Irak yang menolak kabinetnya. Ia mengatakan, para politikus tak serius menanggapi tuntutan implementasi reformasi oleh para demonstran.
Mahdi juga marah, karena kebuntuan (deadlock) yang terjadi di parlemen. Dia mengatakan akan berhenti melakukan tugas resminya. Namun, wabah virus corona membuatnya mempertimbangkan kembali keputusannya.
Penunjukan sendiri Zurfi dilakukan Presiden Barham Saleh tanpa melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan partai politik yang ada di parlemen. "Dia (Zurfi) adalah sosok yang memiliki kedekatan dengan Barat dan Amerika khususnya. Makanya, tak mengherankan mayoritas partai politik di parlemen menolak dia," demikian laporan reporter Al Jazeera, Simone Foltyn, yang dikutip Gatra.
Nama lain yang disodorkan sebagai Perdana Menteri juga datang dari partai kecil Nasr di parlemen yang mengusung mantan Perdana Menteri Haider al-Abadi. Abadi juga merupakan sekutu AS.
Namun, penunjukan Zurfi juga ramai disertai tuduhan oleh sejumlah pihak lain. Zurfi dianggap utusan AS. "Kami berupaya menahan Presiden bertanggung jawab atas akibat langkah-langkah provokatif," demikian pernyataan yang disampaikan oleh aliansi Fatih, yang merupakan perwakilan mayoritas pemimpin militer Syiah di parlemen.
"Dia (Zurfi) itu badut AS, dan kami menolak dia," ujar Hassan Salim, anggota parlemen dari Asaib Ahl al-Haq, kelompok yang dibentuk AS sebagai organisasi teroris pada Januari.
Pada tahun 1990-an, Zurfi mengungsi dan tinggal di AS. Ia melarikan diri dari rezim Saddam Hussein. Zurfi dinilai sebagai tokoh sekuler di Irak, negara yang telah begitu lama didominasi partai-partai sektarian. Setelah Saddam Hussein lengser, Zurfi menjabat sebagai gubernur di wilayah yang banyak dihuni kelompok Syiah di Najaf selama masa okupasi oleh AS.
Beberapa jam sebelum penunjukan Zurfi sebagai Perdana Menteri Irak, dua roket jatuh di kamp militer Basmaya yang terletak di Selatan Baghdad. Kamp militer Basmaya menjadi markas pasukan koalisi AS. Namun, ledakan ini tidak menimbulkan kerusakan maupun korban.
Fitri Kumalasari