Negara Bagian New York menjadi daerah paling terdampak virus corona di AS. Pemerintah mengantisipasi krisis ini masih akan berlangsung hingga 18 bulan mendatang. Ada rencana menyiapkan bantuan ekonomi senilai US$2 triliun untuk seluruh AS.
Kasus virus corona yang telah terkonfirmasi terus meningkat dengan tajam di New York. Gubernur negara bagian tersebut, Andrew Cuomo, dan Wali Kota New York, Bill de Blasio, menyerukan bantuan mendesak dari pemerintah federal. Kota ini memiliki lebih dari 15.000 kasus yang dikonfirmasi pada Minggu sore, 22 Maret lalu, melonjak dari jumlah 4.812 sejak Sabtu, sehari sebelumnya.
Kasus COVID-19 di New York mencakup hampir separuh dari catatan kasus wabah ini di negeri Paman Sam yang mencapai 30.000 kasus. Ada 390 kematian yang dilaporkan di AS, dengan Negara Bagian New York menghadapi kondisi terberat, yakni 114 kematian.
Ledakan pertumbuhan kasus baru itu, menunjukkan percepatan penyebaran virus setelah dilakukan ekspansi pengujian cepat (rapid test). Lebih dari 45.000 tes telah dilakukan di New York sejauh ini.
Pada Minggu malam, New York memberlakukan lockdown. Sejak pukul delapan malam waktu setempat, semua warga New York diperintahkan tidak keluar rumah. Sebelumnya, pada Jumat pekan lalu, Cuomo memerintahkan penutupan semua bisnis di negara bagian tersebut, kecuali untuk layanan penting. "Jika presiden tidak bertindak, orang yang seharusnya bisa hidup, pasti akan meninggal," kata de Blasio kepada NBC.
Sebagai tanggapan, dalam jumpa pers di Gedung Putih pada Minggu, Donald Trump menjanjikan bantuan tambahan untuk New York beserta negara bagian lain yang juga dalam kondisi terancam, seperti California dan Washington.
Tidak hanya menekan pemerintah pusat, Cuomo juga juga mengkritik polah warga Kota New York yang mengabaikan imbauan jarak sosial di taman dan di jalan-jalan. Ia mendesak pemerintah kota membuat rencana dalam 24 jam untuk mengurangi "kepadatan" di ruang publik. Menurutnya, perilaku sejumlah warga Kota New York "tidak sensitif" dan "sombong".
Cuomo juga mengumumkan rencana untuk mendirikan rumah sakit sementara di tiga area pinggiran Kota New York. Salah satu pusat konvensi terbesar di kota itu, Jacob Javits Center di Manhattan, akan dialihfungsikan menjadi rumah sakit sementara untuk penanganan COVID-19.
Negara bagian itu akan segera memulai uji coba terhadap obat malaria yang digabungkan dengan antibiotik. Berdasarkan sebuah studi dari Prancis, perpaduan obat-obatan itu berpotensi mengobati penyakit COVID-19. "Ada teori bahwa pengobatan itu bisa bermanfaat," kata Cuomo, dilansir VOA.
Badan Pangan dan Obat-obatan AS mengirim 10.000 dosis obat yang disebut Hidroksiklorokuin (obat malaria) dan Zithromax (sejenis antibiotik). "Segera setelah kami menerima dosisnya, kami akan bekerja sama dengan rumah sakit, dokter, dan keluarga mengenai penggunaan obat-obatan itu, serta memantau hasilnya," kata Cuomo.
Terkait pasokan medis, Cuomo meminta Trump untuk memberlakukan Undang-Undang Produksi Pertahanan, yang akan mengamanatkan perusahaan untuk membuat pasokan medis penting, seperti masker. Trump sejauh ini menolak seruan untuk melakukannya, mengatakan perusahaan bertindak sendiri untuk membuat persediaan.
"Kami telah mengidentifikasi dua juta masker N95, yang merupakan masker dengan level perlindungan tinggi. Satu juta masker tidak akan membawa kita melewati krisis, tetapi itu akan membuat kontribusi yang signifikan dan signifikan terhadap masalah masker di Kota New York," ujar Cuomo.
Trump membalas tekanan dan kritikan Cuomo. Presiden AS itu pada hari Minggu berkicau bahwa pemerintah negara bagian seharusnya tidak "menyalahkan pemerintah federal atas kekurangan mereka sendiri". Ia menambahkan, "Kami di sana untuk mendukung Anda jika Anda gagal, dan [kami] akan selalu ada!"
***
Di sisi lain, Wali Kota de Blasio, pada hari Minggu, menjabarkan tantangan yang dihadapi kota itu. "Kita sekarang berada di Kota New York sebagai pusat dari krisis ini di Amerika Serikat. Saya tidak senang memberitahukan hal itu kepada Anda. Anda tidak senang mendengarnya," ucapnya. Lantas ia menambahkan, "Kondisi yang terburuk belum datang. April akan jauh lebih buruk dari Maret. Saya khawatir, Mei bisa lebih buruk dari April."
Di Ibu Kota Washington D.C., para negosiator dari Kongres dan Gedung Putih sedang dalam pembicaraan untuk paket penyelamatan ekonomi lebih dari US$2 triliun. Meski demikian, ada pesimisme bahwa anggaran ini akan terwujud. AP melaporkan, "para pemimpin Partai Republik dan Demokrat mengatakan, belum ada kesepakatan setelah pertemuan selama satu jam di ruangan yang tampak kosong."
Dalam paparan di DPR, pemerintah federal mengajukan sebuah rencana untuk memerangi virus corona. Disebutkan dalam rencana itu, bahwa pandemi akan berlangsung selama 18 bulan atau lebih dan dapat mencakup banyak gelombang. Hal itu akan mengakibatkan kekurangan meluas yang akan mengancam konsumsi dan sistem perawatan kesehatan negara.
Rencana setebal 100 halaman, tertanggal Jumat, terbit pada hari yang sama Presiden Trump mengumumkan keadaan darurat nasional. Dilansir New York Times, rencana itu menetapkan prognosis suram untuk penyebaran virus dan menguraikan respons yang akan mengaktifkan lembaga di seluruh pemerintahan dan berpotensi menggunakan kekuatan presiden khusus untuk memobilisasi sektor swasta.
Drive-thru situs pengujian terus diperbanyak jumlahnya, untuk memberi akses lebih cepat dan lebih aman bagi orang-orang yang berisiko. Namun, sejumlah kritik mengatakan, seperti halnya respons pandemi AS lainnya, sistem ini ditandai oleh ketidakkonsistenan, keterlambatan, dan kekurangan.
Banyak orang telah melaporkan berjam-jam atau berhari-hari, untuk melakukan tes setelah mengomunikasikan gejala kepada dokter mereka. Kondisi ini membuat para pakar kesehatan terus mendesak Trump memanfaatkan pasukan penjaga nasional AS untuk membantu dalam mendirikan situs tes mobile di seluruh negara.
Sudah lebih dari seminggu sejak Trump menjanjikan toko ritel, seperti Walmart dan CVS, akan membuka pusat pengujian drive-thru. Tampak beberapa area sedang beroperasi, tetapi anehnya belum terbuka untuk masyarakat umum.
Flora Libra Yanti