Jakarta, Gatra.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut, neraca perdagangan bulan Februari 2020 mengalami surplus sebesar US$2,34 miliar. Hal itu disampaikannya dalam konferensi press APBN KiTA, di Jakarta, Rabu (19/3).
Sri Mulyani menjelaskan, surplus neraca perdagangan disebabkan oleh kinerja impor di bulan Januari hingga Februari mengalami penurunan signifikan, yakni mencapai -5,11 persen (yoy) dari yang sebelumnya -4,78 persen (yoy) di Januari 2020. Sebaliknya, kinerja ekspor di periode yang sama justru mengalami peningkatan hingga 10,94 persen (yoy).
"Jadi dalam hal ini, kemain neraca pembayaran agak positif. Itu dikarenakan ekspornya meningkatkan, growthnya positif. Impornya negatif growth. Sehingga neraca perdagangan di bulan februari adalah surplus 2,34 billion us dollar," kata dia.
Sri Mulyani merinci, kinerja impor non-migas Februari mengalami kontraksi sebesar -7,40 persen secara tahunan (yoy). Atau turun sebesar -19,81 secara bulanan (mtm).
"Penurunan impor ini, terutama di besi, baja, dan bahan baku pertenunan. Kita harus hati-hati melihat dengan penurunan ini, apakah sektor yang menggunakan besi, baja dan bahan tekstil dan pakaian jadi akan terpengaruh oleh penurunan impor ini," imbuh dia.
Sementara itu, untuk ekspor non-migas yang tumbuh 14,57 persen (yoy) atau 10,94 persen (mtm), didukung oleh pertumbuhan yang hampir merata di semua sektor. Hal ini, menurut bendahara negara itu, merupakan hal yang positif, karena pertumbuhan terjadi di hampir semua sektor industri.
"Sehingga, neraca perdagangan Januari-Februari menunjukkan surplus 1,46 (miliar dolar). Kalau Februarinya saja, surplus 2,34 (miliar dolar). Ini karena Januari tadi masih negatif," pungkas dia.