Jakarta, Gatra.com - Peneliti bidang pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Anggi Afriansyah, menilai ada banyak faktor yang membuat misi Pencetakan Sumberdaya Manusia (SDM) unggul di bidang Vokasi selama ini gagal. Salah satunya adalah Kurangnya guru produktif untuk pendidikan SMK.
"Dan sat ini, kita kurang guru produktif, justru guru normatif lebih banyak. Sangat sulit mendatangkan ahli di bidang vokasi agar mau mengajar," Kata Anggi saat dihubungi Gatra, Minggu (15/3).
Selain itu, masalah berikutnya adalah tidak semua sekolah memiliki jejaring yang baik ke dunia industri. Sehingga proses pemagangan sangat bergantung kemampuan sekolah. Sehingga peran pemerintah untuk melink-kan sekolah menjadi sangat baik.
"Belum lagi, Laboratorium dan alat praktik yang terbatas. Bagi yang sudah memiliki biaya perawatan alat-alat tersebut tidak murah. Dana sekolah tidak mencukupi untuk biaya perawatan," jelas Anggi.
Karena kualitas pendidikan dan pelatihan yang masih belum bisa dikatakan baik, akhirnya pendidikan vokasi tidak dapat mencetak sdm unggul. "Data BPS beberapa tahun belakangan misalnya menunjukkan alumni SMK lebih banyak yang menganggur," jelas Anggi.
Oleh karenanya, Peneliti LIPI tersebut berpandangan bahwa kedepan pemerintah perlu melakukan pembenahan regulasi, kelembagaan, kurikulum pendidikan vokasi di Indonesia.
",Mengubah indikator kebutuhan tenaga pengajar pada sistem akreditasi sekolah atau embaga pelatihan yang berbasis pada pengalaman pengajar di dunia kerja dan industri bukan sebatas kualifikasi akademis dan gelar. ini untuk mengatasi keterbatasan guru atau dosen atau instruktur di sektor pendidikan vokasi tanah air," pungkasnya.