Solo, Gatra.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerjasama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo untuk mengembangkan fintech di kampus. Salah satunya dengan memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk bisa lebih mengembangkan kewirausahaan.
”OJK berkolaborasi dengan lembaga pendidikan untuk mengembangkan entrepreneur di kampus. Jadi pusat pengembangan fintech ini bukan hanya untuk mengembangkan fintech saja, tapi juga untuk mengembangkan pendidikan entrepreneur di kampus,” ucap Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di sela peresmian pusat pengembangan fintech di Kampus UNS Kamis (12/3).
Apalagi saat ini fintech menjadi tantangan bagi semua pihak. Bukan hanya dunia usaha, namun juga untuk lembaga pendidikan, masyarakat dan otoritas pengawasan sendiri. Saat ini fintech bisa digunakan untuk berjualan apapun. Selain itu banyak kemudahan yang didapat.
”Selama ini kan kalau jualan makanan harus punya restoran, jualan produk perbankan harus di bank. Fintech ini kan bisa jualan apa saja, yang bahaya itu teknologinya,” ucapnya.
Untuk itu saat ini OJK berusaha untuk memitigasi resikonya. Salah satunya membuat koridor-koridor yang menjadi pembatasan.
”OJK ini kan harus menjadi frontline, agar masyarakat mendapat value. Tak hanya dibuatkan koridor, masyarakat juga harus benar-benar paham konsekuensinya,” ucapnya.
Sejauh ini OJK sudah mempunyai pusat pengembangan fintech di Jakarta sejak tahun 2017. Namun sayangnya kalau lokasinya di Jakarta, hanya orang Jakarta dan sekitarnya saja yang datang. Padahal saat ini fintech juga berkembang di daerah.
”Makanya kita tempatkan pusat pengembangan fintech yang kedua ini di Solo. Karena Solo lokasinya di tengah,” ucapnya.
Kerjasama dengan UNS menjadi komitmen untuk berkolaborasi mengembangkan dan memonitor fintech. Harapannya banyak pula produk fintech yang ditawarkan.
Sementara itu Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Jamal Wiwoho merasa senang dengan adanya kerjasama dengan OJK untuk pusat pengembangan fintech ini.
Kini UNS memiliki tiga pusat studi pengembangan yang menjadi fokus. Pertama yakni baterai lithium yang ada di kampus Purwosari, kedua pengembangan Javanologi dan terakhir pengembangan fintech ini.
”Sekarang ini dunia sudah cepat. Bagaimana teknologi ini bisa memasuki semua lini masyarakat. Tentunya adanya fintech ini juga menyesuaikan kondisi percepatan industri 4.0,” ucap Jamal.