Sleman, Gatra.com - Raja dan Ratu Belanda mengunjungi kampus Universitas Gadjah Mada untuk meresmikan kerjasama riset. Sejumlah karya riset karya UGM, termasuk mitigasi bencana dan inovasi merespons perubahan, pun diapresiasi.
Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti pun tertarik ke beberapa riset Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi (PUI) UGM yang dipamerkan di Balairung UGM, Rabu (11/3), siang.
Raja Willem menyambangi stan program ‘Wujudkan’ yang mengembangkan riset tentang teknologi dan upaya adaptasi di tengah perubahan iklim. Calvin Perdana, peneliti program ini, menjelaskan bahwa salah satu inovasi ‘Wujudkan’ adalah mengupayakan air bersih di daerah kekeringan.
Menurut Calvin, Raja Willem sempat terkejut, bahwa ada daerah di Indonesia masih mengalami kekeringan. Apalagi Indonesia negeri tropis yang kerap hujan seperti siang itu. Calvin lantas mencontohkan Bantul dan Gunungkidul. “Hujan sering, tapi kekeringan juga masih ada,” ujar Calvin kepada Gatra.com.
Raja Willem menanggapi hal itu lewat seloroh dengan menunjukkan derasnya hujan hari itu di Yogyakarta. ”Dia juga mengapresiasi teknologi untuk membuat air hujan layak minum,” kata dia.
Setelah di stan ‘Wujudkan’, Raja Willem menyambangi bagian riset teknologi sistem peringatan diri (early warning system) bencana UGM, Gama EWS. Sistem ini produk riset Gama-Inatek, pusat unggulan dan inovasi teknologi mitigasi kebencanaan UGM.
Didampingi Menlu Retno Marsudi, Raja Belanda mengamati dengan seksama sensor bencana tersebut. “Pertanyaan Raja Willem bahkan sangat teknis, seperti pakai sensor apa saja dan batas waktu dari pemicu alat sampai terjadinya bencana,” tutur peneliti Gama EWS, Sani Tanaka.
Sebelumnya Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima diterima oleh Rektor UGM Panut Mulyono di Balai Senat UGM. Hadir pula Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Luar Negeri Belanda, Stephanus Abraham Blok.
Kunjungan ini menandai kerja sama baru antara UGM dan Kerajaan Belanda dalam riset, antara lain hibah penelitian senilai 3 juta Eurountuk peneliti Indonesia dan Belanda dan Program Week for Indonesian-Netherlands Education and Research (Winner) 2020 bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Kerajaan Belanda juga akan menganugerahkan Boscha Medal, penghargaan untuk ilmuwan Indonesia dan Belanda yang berkontribusi untuk ilmu pengetahuan dan relasi kedua negara.
Di kesempatan ini, sejumlah peneliti UGM memaparkan riset di bidang strategis, seperti kesehatan, biodiversitas, dan hukum. “Belanda lebih dari sekadar sahabat bagi Indonesia. Kami merasa sangat terhormat dapat menjadi tuan rumah bagi kunjungan yang bersejarah ini,” ucap Rektor UGM Panut Mulyono.