Jakarta, Gatra.com - Jumlah penderita gagal ginjal meningkat. Pencegahan dan deteksi dini ginjal diserukan kepada masyarakat dalam rangka menyambut Hari Ginjal se-Dunia.
Data global tahun 2019 menunjukkan, 1 dari 3 orang di populasi umum memiliki risiko untuk mengalami Penyakit Ginjal Kronis (PGK). Pada saat ini, diperkirakan 10% dari penduduk terkena PGK, akan tetapi 9 dari 10 orang tersebut tidak menyadari kondisinya.
Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi ginjal pada awalnya tidak menimbulkan gejala, keluhan biasanya baru timbul bilamana fungsi ginjal sudah sangat menurun.
Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi, dr. Aida Lydia, Ph.D., SpPD-KGH, Indonesia (PB PERNEFRI) mengatakan, hipertensi sebanyak 36% dan diabetes 28% merupakan penyebab terbanyak gagal ginjal di Indonesia.
Penyakit ginjal dan gagal ginjal tidak dapat disembuhkan. Namun, PGK dan gagal ginjal bisa dicegah dan progresivitas penyakitnya dapat diperlambat.
"Penyakit ginjal bisa dicegah, tetapi sayangnya banyak pasien yang datang terlambat karena tidak tahu kalau mereka sebenarnya menderita penyakit ginjal," kata Aida dalam konferensi pers di Hotel Manhattan, Jakarta, Rabu (11/3).
Aida mengatakan, penyakit ginjal dapat dicegah melalui berbagai upaya, seperti menjaga hidup sehat, melakukan aktivitas teratur, mengontrol tekanan darah dan gula darah, menjaga berat badan ideal, makan yang sehat, minum air yang cukup, tidak merokok, tidak mengonsumsi obat-obatan secara bebas tanpa resep dokter, serta memeriksa fungsi ginjal terutama apabila berisiko mendapatkan gangguan ginjal.
Selain itu, deteksi dini juga dapat menjadi salah satu cara untuk mencegah penyakit ginjal. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes mengatakan, deteksi dini penting dilakukan.
Menurtnya, jika seseorang mempunyai faktor risko penyakit ginjal, disarankan untuk lakukan deteksi dini melalui pengukuran tekanan darah dan gula darah selama satu bulan sekali. Jika tidak bisa, minimal melakukan pengecekan satu tahun sekali.
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) ditandai dengan kerusakan ginjal atau ganguan fungsi ginjal yang berjalan lebih dari tiga bulan. Apabila terjadi gagal ginjal, maka diperlukan terapi pengganti ginjal dengan 3 modalitas pilihan terapi yaitu hemodialisis (cuci darah), peritoneal dialisis (CAPD), dan transplatansi ginjal.
Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan PGK sebesar 3,8 per mil, angka ini mengalami kenaikan sebesar 1,8 per mil dari tahun 2013. Adapun prevalensi gagal ginjal pada laki-laki (4,17%) lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (3,52%), sedangkan berdasarkan karaktetistik umur, pravalensi tertinggi pada kategori usia 65-74 tahun sebanyak 8,23%.
Reporter: RRA