Yogyakarta, Gatra.com - Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap, seusai kunjungan Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima, kedua negara bisa bekerjasama dalam bidang kebudayaan. Salah satu bentuk kerjasama itu berupa pendataan dan pengembalian artefak dan naskah Keraton Yogyakarta.
Datang pukul 10.53 WIB, Raja Willem dan Ratu Maxima disambut empat putri Sultan HB X di Regol Keben, kompleks Keraton Yogyakarta, Rabu (11/3). GKR Mangkubumi, putri tertua, memimpin adik-adiknya yaitu GKR Condrokirono, GKR Maduretno, dan GKR Bendara.
Keempat putri ini lantas mendampingi Raja dan Ratu Belanda menemui Sultan dan permaisuri GKR Hemas yang menunggu di Regol Donopratopo. Mereka lantas bersama-sama menuju Gedung Jene untuk mengadakan pertemuan tertutup selama lima belas menit.
Dalam sesi foto dengan media, kedua raja ini bertukar cinderamata. Sultan memberikan hiasan berupa blangkon dari perak. Sedangkan Raja Willem memberikan hadiah dalam kemasan tertutup. Sultan pun sempat menyatakan belum tahu isi kado itu karena belum dibuka.
Dari Gedung Jene, kedua raja lantas menuju Bangsal Kencana untuk menikmati pertunjukan tari Lawung Ageng dan dilanjutkan makan siang di Bangsal Manis. Rombongan Raja Belanda meninggalkan Keraton Yogyakarta pukul 12.10 WIB.
Duta Besar Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja, yang ikut dalam rombongan, menyatakan, kedatangan Raja Belanda adalah kunjungan kehormatan setelah 25 tahun lalu pernah berkunjung sebagai pangeran.
"Alasan utama kunjungan, selain silaturahmi, juga karena keduanya sama-sama berkedudukan sebagai raja," jelasnya.
Selama kunjungan empat hari di Indonesia, menurut Agung, Raja Belanda mengajak 190 pengusaha karena ingin menjalin kerjasama di bidang ekonomi dengan Indonesia. Sebagai negara nomor satu di Eropa dalam berinvestasi, Belanda ingin menanamkan modal di Indonesia.
Agung menyebut, pengusaha Belanda kemungkinan juga membidik Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah tujuan investasi bidang pariwisata.
"Kunjungan kenegaraan ini penting di tengah meningkatnya hubungan kedua negara. Tidak hanya Indonesia, di tengah kondisi perekonomian dunia saat ini, Belanda juga membutuhkan mitra yang bisa dipercaya dalam membangun perekonomian ke depan," katanya.
Namun Agung menyatakan tidak tahu isi pembicaraan tertutup Raja Belanda dan Yogyakarta. Ia yakin pembicaraan itu tidak jauh dari pengalaman Raja Willem saat pertama berkunjung ke Yogyakarta 25 tahun lalu mendampingi ibunya, Ratu Beatrix.
Sultan HB X berkata pertemuan dengan Raja Belanda tidak membahas hal serius. Menurut Sultan, Raja Belanda lebih banyak bercerita soal kunjungan pertamanya ke Keraton Yogyakarta pada 1995 silam.
"Ya, hanya kenangan saja. Dulu beliau pernah ikut ibunya pada waktu ke sini. (Waktu kunjungan) Ratu Beatrix itu kan Pangeran Willem ikut. Jadi sekarang posisinya beda beliau datang ke sini," kata Sultan.
Sultan juga menyatakan pertemuan itu tidak membicarakan kerjasama kebudayaan dengan Belanda. Sultan tetap berharap kerjasama itu terwujud karena banyaknya artefak dan naskah Keraton Yogyakarta di Belanda.
"Tahun lalu, saat pembukaan pameran di Leiden, anak-anak (saya) diundang. Jadi mereka sudah saling kenal (dengan pihak Kerajaan Belanda)," kata Sultan.